MEMOTRET KOTA JEMBER dari PPRG, IPM, IPG, IDG dan KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN dan ANAK.
Citizen News

Bertempat di Aula PB. Sudirman, Jln. Sudarman no. 1. Jember, pada Selasa, 22 Maret 2022, pemerintah kabupaten Jember , yang dalam hal ini dipandegani DP3AKB melaksanakan Musrenbang Perempuan dan Anak untuk pertama kalinya. Hasil dari musrenbang ini nantinya akan dibawa pada musrenbang lanjutan tanggal 31 Maret 2021.
Hadir dalam acara tersebut asisten administrasi kabupaten Jember, yang sekaligus membuka acara tersebut, kepala Bappeda, Kepala Bidang Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur, lbu One, Kepala DP3AKB kabupatan Jember serta para pegiatan perempuan dan anak kabupaten Jember, teman-teman difabel serta Komunitas Anak Jember.
Acara tersebut juga disalurkan melalui zoom meeting secara virtual.
Dalam paparan yang disampaikan oleh Bu One bahwa acara ini merupakan acara yang diselenggarakan oleh kabupaten Jember untuk mengejar ketertinggalannya dari daerah-daerah lain, terutama kabupaten tetangganya.
Dalam kesempatan tersebut Bu One menyoroti terkait PPRG (Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender ), IPM (Indeks Pembangunan Manusia), IPG(Indeks Pembangunan Gender dan IDG (Indeks Pemberdayaan Gender) yang ada di kota Jember.
PPRG merupakan proses yang perlu dilaksanakan oleh para perencana Satuan Kerja Perangkt (SKPD) sebagai wujud adanya komitmen para pengambil keputusan dengan harapan kegiatan yang dilaksanakan bermanfaat bagi masyarakat laki-laki maupun perempuan.
Sedangkan IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya.
IPM ini dibentuk oleh 3 dimensi dasar yaitu :
1. Umur panjang dan hidup sehat (AKI, AKB, Stunting
dan Angka kesakitan).
2. Pengetahuan (harapan lama sekolah dan rata-rata
lama sekolah).
3. Standar hidup layak (ekonomi), (pendapatan untuk
hidup layak).
IPM terpilah = IPG.
Di sisi lain IPG adalah infikator yang menggambarkan perbandingan (rasio) capaian antara IPM perempuan dan IPM laki-laki. Semakin kecil jarak antara IPG tersebut, itu artinya makin setara.
Sementara IDG adalah angka yang menunjukkan apakah perempuan dapat secara aktif berpartisipasi dalam kehidupan ekonomi dan politik. IDG menitikberatkan partisipasi dengan cara mengukur ketimpangan gender di bidang partisipasi politik, pengambilan keputusan dan aksesibilitas terhadap sumber daya ekonomi.
Disampaikan pula pada kesempatan tersebut oleh Bu One faktor - faktor yang mempengaruhi IPM dan IPG dalam bidang kesehatan, bidang pendidikan dan bidang ekonomi.
Dalam bidang kesehatan misalnya ada faktor kualitas pelayanan kesehatan, pengambilan keputusan di keluarga serta lingkungan dan pengetahuan. Untuk bidang pendidikan faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah perempuan tidak boleh sekolah tinggi, hamil duluan dan menjadi tulang punggung keluarga. Sedang perempuan dianggap tidak mampu, hanya subordinasi, pendidikantidak memadai serta kesempatan kerja merupakan faktor di bidang ekonomi.
IPM, IPG akan terpuruk jika bumil tidak memeriksakan kehamilannya, asupanmakanan tidak sehat, resikotinggi kehamilan, putussekolah serta rumah tangga tidak harmonis, kata Bu One tersebut.
Lebih lanjut Kabid DP3AKB Jawa Timur tersebut menyampaikan bahwa untuk kota Jember capaian IPM tahun 2021 sebesar 67,32 di bawah capaian Jawa Timur sebesar 72,14.Sementara untuk IPGnya, tahun 2021 Jember sebesar 84,56 jauh di bawah kota Blitar sebesar 97,46 yang tertinggi di Jawa Timur.
Untuk IDG tertinggi diraih kota Kediri.
Adapun komponen IPG Jember 2021meliputi angka harapan hidup sebesar 71,21,harapan lama sekolah 13,23 serta rata-rata lama sekolah 5,98 bagi perempuan.
Untuk IDG 2021 sebesar 65,61 dengan komponennya meliputi keterlibatan di parlemen sebesar 16,00,perempuan sebagai tenaga ptofesional sebesar 46,52 serta sumbangan pendapatan perempuan sebesar 30,78.
Pada kesempatan tersebut juga dipaparkan data kasus korban kekerasa terhadap anak 2021 juga masih tinggi yaitu sebesar 87.
Dari paparan tersebut di atas banyak hal yang menjadi PR pemerintah kabupaten Jember terkait perempuan dan anak. Angka AKI, AKB, perkawinan anak, dispensasi kawin serta angka kekerasan terhadap perempuan dan anak yang masih memprihatinkan perlu untuk segera mendapatkan perhatian yang serius dan penanganan sungguh-sungguh. Gelar Musrenbang perempuan dan anak yang pertama di gelar di aula PB. Sudirmankemarin tanggal 22 Maret 2022 semoga bukan sekedar ceremony, tapi momentum untuk upaya-upaya nyata untuk menekan permasalahan-permasalahan terhadap perempuan anak. Semoga ke depan Musrenbang yang dilakukan akan menjadi lebih baik dan membumi di mulai sejar dari hilir di tingkat desa, sehingga mampu memotret dengan jelas permasalahan perempuan untuk kemudian diambil langkah-langkah konret sebagai solusi tepat sasaran. Butuhbelajar banyak pada daerah lain yang sudah sukses melakukan Musrenbang perempuan dan anak, yang telah berhasil menekan angka-angka IPM, IPG, IDGdan kekerasan pada perempuan dan anak. Semogadengan begitu Jember menjadi kota yang ramah pada perempuan dan anak. Loveyou#Jember.
Hadir dalam acara tersebut asisten administrasi kabupaten Jember, yang sekaligus membuka acara tersebut, kepala Bappeda, Kepala Bidang Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak dan Kependudukan Provinsi Jawa Timur, lbu One, Kepala DP3AKB kabupatan Jember serta para pegiatan perempuan dan anak kabupaten Jember, teman-teman difabel serta Komunitas Anak Jember.
Acara tersebut juga disalurkan melalui zoom meeting secara virtual.
Dalam paparan yang disampaikan oleh Bu One bahwa acara ini merupakan acara yang diselenggarakan oleh kabupaten Jember untuk mengejar ketertinggalannya dari daerah-daerah lain, terutama kabupaten tetangganya.
Dalam kesempatan tersebut Bu One menyoroti terkait PPRG (Perencanaan dan Penganggaran Responsif Gender ), IPM (Indeks Pembangunan Manusia), IPG(Indeks Pembangunan Gender dan IDG (Indeks Pemberdayaan Gender) yang ada di kota Jember.
PPRG merupakan proses yang perlu dilaksanakan oleh para perencana Satuan Kerja Perangkt (SKPD) sebagai wujud adanya komitmen para pengambil keputusan dengan harapan kegiatan yang dilaksanakan bermanfaat bagi masyarakat laki-laki maupun perempuan.
Sedangkan IPM menjelaskan bagaimana penduduk dapat mengakses hasil pembangunan dalam memperoleh pendapatan, kesehatan, pendidikan dan sebagainya.
IPM ini dibentuk oleh 3 dimensi dasar yaitu :
1. Umur panjang dan hidup sehat (AKI, AKB, Stunting
dan Angka kesakitan).
2. Pengetahuan (harapan lama sekolah dan rata-rata
lama sekolah).
3. Standar hidup layak (ekonomi), (pendapatan untuk
hidup layak).
IPM terpilah = IPG.
Di sisi lain IPG adalah infikator yang menggambarkan perbandingan (rasio) capaian antara IPM perempuan dan IPM laki-laki. Semakin kecil jarak antara IPG tersebut, itu artinya makin setara.
Sementara IDG adalah angka yang menunjukkan apakah perempuan dapat secara aktif berpartisipasi dalam kehidupan ekonomi dan politik. IDG menitikberatkan partisipasi dengan cara mengukur ketimpangan gender di bidang partisipasi politik, pengambilan keputusan dan aksesibilitas terhadap sumber daya ekonomi.
Disampaikan pula pada kesempatan tersebut oleh Bu One faktor - faktor yang mempengaruhi IPM dan IPG dalam bidang kesehatan, bidang pendidikan dan bidang ekonomi.
Dalam bidang kesehatan misalnya ada faktor kualitas pelayanan kesehatan, pengambilan keputusan di keluarga serta lingkungan dan pengetahuan. Untuk bidang pendidikan faktor yang mempengaruhi diantaranya adalah perempuan tidak boleh sekolah tinggi, hamil duluan dan menjadi tulang punggung keluarga. Sedang perempuan dianggap tidak mampu, hanya subordinasi, pendidikantidak memadai serta kesempatan kerja merupakan faktor di bidang ekonomi.
IPM, IPG akan terpuruk jika bumil tidak memeriksakan kehamilannya, asupanmakanan tidak sehat, resikotinggi kehamilan, putussekolah serta rumah tangga tidak harmonis, kata Bu One tersebut.
Lebih lanjut Kabid DP3AKB Jawa Timur tersebut menyampaikan bahwa untuk kota Jember capaian IPM tahun 2021 sebesar 67,32 di bawah capaian Jawa Timur sebesar 72,14.Sementara untuk IPGnya, tahun 2021 Jember sebesar 84,56 jauh di bawah kota Blitar sebesar 97,46 yang tertinggi di Jawa Timur.
Untuk IDG tertinggi diraih kota Kediri.
Adapun komponen IPG Jember 2021meliputi angka harapan hidup sebesar 71,21,harapan lama sekolah 13,23 serta rata-rata lama sekolah 5,98 bagi perempuan.
Untuk IDG 2021 sebesar 65,61 dengan komponennya meliputi keterlibatan di parlemen sebesar 16,00,perempuan sebagai tenaga ptofesional sebesar 46,52 serta sumbangan pendapatan perempuan sebesar 30,78.
Pada kesempatan tersebut juga dipaparkan data kasus korban kekerasa terhadap anak 2021 juga masih tinggi yaitu sebesar 87.
Dari paparan tersebut di atas banyak hal yang menjadi PR pemerintah kabupaten Jember terkait perempuan dan anak. Angka AKI, AKB, perkawinan anak, dispensasi kawin serta angka kekerasan terhadap perempuan dan anak yang masih memprihatinkan perlu untuk segera mendapatkan perhatian yang serius dan penanganan sungguh-sungguh. Gelar Musrenbang perempuan dan anak yang pertama di gelar di aula PB. Sudirmankemarin tanggal 22 Maret 2022 semoga bukan sekedar ceremony, tapi momentum untuk upaya-upaya nyata untuk menekan permasalahan-permasalahan terhadap perempuan anak. Semoga ke depan Musrenbang yang dilakukan akan menjadi lebih baik dan membumi di mulai sejar dari hilir di tingkat desa, sehingga mampu memotret dengan jelas permasalahan perempuan untuk kemudian diambil langkah-langkah konret sebagai solusi tepat sasaran. Butuhbelajar banyak pada daerah lain yang sudah sukses melakukan Musrenbang perempuan dan anak, yang telah berhasil menekan angka-angka IPM, IPG, IDGdan kekerasan pada perempuan dan anak. Semogadengan begitu Jember menjadi kota yang ramah pada perempuan dan anak. Loveyou#Jember.