Melestarikan Tradisi Makan Saprahan di Kabupaten Mempawah
Berita Warga

Mempawah - Bagi masyarakat Kabupaten Mempawah, Festival Budaya Robo-Robo tak hanya mengenang napak tilas kedatangan pendiri Kerajaan Mempawah, Opu Daeng Manambon.
Ada tradisi lain yang selalu dilakukan setiap agenda wisata itu dirayakan. Yaitu makan saprahan yang didahului dengan pembacaan doa memohon kepada Allah Taala agar terhindar dari marabahaya.
Membahas soal makan saprahan, tradisi ini begitu istimewa karena tidak ada perbedaan menu hidangan yang disajikan, baik untuk masyarakat maupun pemimpin. Hal tersebut melambangkan kuatnya kesederhanaan yang diikat rasa kekeluargaan dan kebersamaan tanpa pandang bulu.
Di kalangan masyarakat Kabupaten Mempawah, setiap perayaan Robo-Robo, makan saprahan sudah dilakukan sejak pukul 06.00 WIB, satu persatu warga berbagai daerah menggelar tikar di halaman rumah.
Kemudian bersama para tetangganya mereka menggelar hidangan khas Melayu dan buah-buahan di atas tikar. Mereka duduk dengan rapi dan saling berhadapan.
Saat anggota keluarga sudah berkumpul, orang yang dituakan di daerah itu kemudian didaulat untuk membacakan doa tolak bala. Usai berdoa, beramai-ramai mereka dengan penuh semangat menyantap hidangan yang telah disediakan.
Ada tradisi lain yang selalu dilakukan setiap agenda wisata itu dirayakan. Yaitu makan saprahan yang didahului dengan pembacaan doa memohon kepada Allah Taala agar terhindar dari marabahaya.
Membahas soal makan saprahan, tradisi ini begitu istimewa karena tidak ada perbedaan menu hidangan yang disajikan, baik untuk masyarakat maupun pemimpin. Hal tersebut melambangkan kuatnya kesederhanaan yang diikat rasa kekeluargaan dan kebersamaan tanpa pandang bulu.
Di kalangan masyarakat Kabupaten Mempawah, setiap perayaan Robo-Robo, makan saprahan sudah dilakukan sejak pukul 06.00 WIB, satu persatu warga berbagai daerah menggelar tikar di halaman rumah.
Kemudian bersama para tetangganya mereka menggelar hidangan khas Melayu dan buah-buahan di atas tikar. Mereka duduk dengan rapi dan saling berhadapan.
Saat anggota keluarga sudah berkumpul, orang yang dituakan di daerah itu kemudian didaulat untuk membacakan doa tolak bala. Usai berdoa, beramai-ramai mereka dengan penuh semangat menyantap hidangan yang telah disediakan.