Manfaatkan Lahan Pekarangan Sekitar Rumah Semai Bibit Cabe, Warga Jerowaru Raup Cuan Jutaan Rupiah
Berita Warga

Lombok Timur - Abdul Waris Azmi, warga asal Jerowaru Lombok Timur ini, siapa sangka, dibalik penampilannya yang sederhana, ia berhasil menyulap lahan pekarangan rumahnya menjadi tempat usaha penyemaian bibit beberapa jenis tanaman sayur-mayur, salah satunya cabe.
Dengan memanfaatkan lahan yang ada di pekarangan rumahnya, ia mampu meraup keuntungan jutaan rupiah per musimnya.
"Dari bulan Pebruari kemarin. itu, hitungan saya, modalnya saja di pembukuan, sekitar 45 juta yang 1 bulan itu. Nah, terus bersihnya itu, sekitar 12 juta," ujarnya, saat ditemui Atmago.com., di lahan pekarangan rumahnya, Kamis, (06/03/2025)
Saat ini, sebut dia, di lahan miliknya tersebut, mampu menampung bibit untuk sekali produksi itu, sekitar 300 ribu bibit dari semua jenis tanaman. "Tapi itu kan, begitu sudah bibit siap ditanam. Kadang langsung diambil, kadang juga tidak. Sistemnya keluar-masuk, begitu lah," ungkapnya.
Dituturkannya, ketertarikan untuk membuka usaha bisnis pembibitan cabe, berawal dulu dari saya suka menanam cabe dan membelinya di tempat pembibitan. "Karena suka nanam, jadi saya belajar untuk proses pembibitannya. Kalau dia bisa membuat bibit sebagai bisnis, saya harus bisa! kata hati saya," katanya.
Lanjutnya, sudah kedung juga, di daerah saya belum ada yang punya inisiatif untuk pembibitan karena petani kita tidak mau repot dan maunya yang instan, langsung ditanam.
"Makanya saya buka bisnis usaha pembibitan seperti ini, kita siapkan barang bibitnya yang sudah jadi di sini," katanya.
Dijelaskannya, kalau masalah harga tetap kita mengacu kepada biaya produksi sehingga bisa menghasilkan bibit yang berkualitas.
"Tetap kita mengacu kepada bisnis. Menyesuaikan berapa pokok modalnya sehingga kita dapat keuntungan. Jadi, modalnya serba beli, mulai dari plastik, pupuk, tanah, sekam dan lainnya. Tanahnya saja, ini dari Lendang Nake Utara," ungkapnya.
"Belum karyawan saya ada 5. 1 cowok, tugasnya memotong. 4 cewek yang tugasnya mulai dari menyiapkan media tanam, memasukkan ke dalam plastik sosis, merapikan, menaburi bibit, menutupi dengan sekam bakar, menyiraminya hingga kalau sudah siap untuk tanam baru dipindahkan ke traynya," sambungnya.
Diakuinya, sekitar 2 tahun lalu juga dirinya, sempat mengalami kerugian. Biasanya, pasar kita di musim hujan, khususnya di perkebunan wilayah Selatan. Pengalaman kita dari tahun-tahun sebelumnya, kita harus siapkan bibit sekitar 500 ribu bibit permusim tanam, 3 bulan.
"Kita produksi 500 bibit waktu itu, tahu-tahu cuaca hujan. Petani tidak bisa tanam, bibit tidak ada yang beli. Itulah resiko kita. Nilai kerugiannya sekitar 50 an juta. Tapi kan, harus kita hadapi yang kayak begitu. Masak hal-hal kayak begitu, kita harus mundur. Owh tidak! Memang itu resiko bisnis," terangnya.
Dan apapun yang kita kerjakan, kata dia, tidak ada yang tidak ada resikonya. "Kita jalan saja di sini, kita tersandung," sebutnya
"Jadikan itu sebagai pelajaran dan motivasi buat kita untuk bisa kembali bangkit menuju kesuksesan," pungkasnya.
Sementara itu, pembeli yang sekaligus sebagai petani cabe, ibu Nesa, mengaku puas membeli bibit cabe di lahan pekarangan Abdul waris Azmi.
"Kwalitas bibitnya bagus, meski baru kali pertama beli. Saya belinya 1 tray. Tidak untuk di jual tapi ditanam di sawah untuk memenuhi kebutuhan dapur tahun depan dan harapan saat ini, agar turun harga," pintanya.
Dengan memanfaatkan lahan yang ada di pekarangan rumahnya, ia mampu meraup keuntungan jutaan rupiah per musimnya.
"Dari bulan Pebruari kemarin. itu, hitungan saya, modalnya saja di pembukuan, sekitar 45 juta yang 1 bulan itu. Nah, terus bersihnya itu, sekitar 12 juta," ujarnya, saat ditemui Atmago.com., di lahan pekarangan rumahnya, Kamis, (06/03/2025)
Saat ini, sebut dia, di lahan miliknya tersebut, mampu menampung bibit untuk sekali produksi itu, sekitar 300 ribu bibit dari semua jenis tanaman. "Tapi itu kan, begitu sudah bibit siap ditanam. Kadang langsung diambil, kadang juga tidak. Sistemnya keluar-masuk, begitu lah," ungkapnya.
Dituturkannya, ketertarikan untuk membuka usaha bisnis pembibitan cabe, berawal dulu dari saya suka menanam cabe dan membelinya di tempat pembibitan. "Karena suka nanam, jadi saya belajar untuk proses pembibitannya. Kalau dia bisa membuat bibit sebagai bisnis, saya harus bisa! kata hati saya," katanya.
Lanjutnya, sudah kedung juga, di daerah saya belum ada yang punya inisiatif untuk pembibitan karena petani kita tidak mau repot dan maunya yang instan, langsung ditanam.
"Makanya saya buka bisnis usaha pembibitan seperti ini, kita siapkan barang bibitnya yang sudah jadi di sini," katanya.
Dijelaskannya, kalau masalah harga tetap kita mengacu kepada biaya produksi sehingga bisa menghasilkan bibit yang berkualitas.
"Tetap kita mengacu kepada bisnis. Menyesuaikan berapa pokok modalnya sehingga kita dapat keuntungan. Jadi, modalnya serba beli, mulai dari plastik, pupuk, tanah, sekam dan lainnya. Tanahnya saja, ini dari Lendang Nake Utara," ungkapnya.
"Belum karyawan saya ada 5. 1 cowok, tugasnya memotong. 4 cewek yang tugasnya mulai dari menyiapkan media tanam, memasukkan ke dalam plastik sosis, merapikan, menaburi bibit, menutupi dengan sekam bakar, menyiraminya hingga kalau sudah siap untuk tanam baru dipindahkan ke traynya," sambungnya.
Diakuinya, sekitar 2 tahun lalu juga dirinya, sempat mengalami kerugian. Biasanya, pasar kita di musim hujan, khususnya di perkebunan wilayah Selatan. Pengalaman kita dari tahun-tahun sebelumnya, kita harus siapkan bibit sekitar 500 ribu bibit permusim tanam, 3 bulan.
"Kita produksi 500 bibit waktu itu, tahu-tahu cuaca hujan. Petani tidak bisa tanam, bibit tidak ada yang beli. Itulah resiko kita. Nilai kerugiannya sekitar 50 an juta. Tapi kan, harus kita hadapi yang kayak begitu. Masak hal-hal kayak begitu, kita harus mundur. Owh tidak! Memang itu resiko bisnis," terangnya.
Dan apapun yang kita kerjakan, kata dia, tidak ada yang tidak ada resikonya. "Kita jalan saja di sini, kita tersandung," sebutnya
"Jadikan itu sebagai pelajaran dan motivasi buat kita untuk bisa kembali bangkit menuju kesuksesan," pungkasnya.
Sementara itu, pembeli yang sekaligus sebagai petani cabe, ibu Nesa, mengaku puas membeli bibit cabe di lahan pekarangan Abdul waris Azmi.
"Kwalitas bibitnya bagus, meski baru kali pertama beli. Saya belinya 1 tray. Tidak untuk di jual tapi ditanam di sawah untuk memenuhi kebutuhan dapur tahun depan dan harapan saat ini, agar turun harga," pintanya.