Makanan, Perempuan, dan Gaya Hidup Sehat
Diskusi Komunitas

Seiring dengan berkembangnya inovasi teknologi, pola gaya hidup manusia menagalami perubahan. Makanan pun menjadi bagian dari gaya hidup. Kita sering mendapati cerita bahwa orang dulu mengkonsumsi makanan yang ada di sekitar kebun yang ditanam sendiri seperti umbi-umbian, sayur-sayuran dll. Bahan makanan ini lebih awet dan tahan berbulan-bulan meskipun tidak disimpan di lemari pendingin. Bumbu masak pun meracik sendiri. Membedakan antara jahe, kunyit, kencur sudah menjadi pengetahuan umum yang dimiliki perempuan. Makanan instan secara perlahan telah menggerus pengetahuan perempuan, sehingga menjadi tergantung kepada makanan olahan.
Hari ini kita disuguhi makanan beku olahan semacam sosis, tempura, bandeng presto, serta berbagai macam produk makanan industri. Tentu saja semua itu dikemas dalam wadah plastik. Artinya semua makanan ini sudah mengandung zat kimia yang terkandung didalamnya. Dengan alasan fleksibel, mudah, cepat, dan cenderung lebih murah dibanding mengolah menu makanan sendiri, menjadi pilihan perempuan untuk dijadikan sebagai sajian andalan keluarga. Makanan umbi-umbian dianggap ketinggalan zaman. Resep masakan nusantara dengan cita rasa bumbu lengkap berubah menjadidi makanan cepat saji disandingkan dengan saus kemasan botol.
Perubahan gaya hidup ini turut mendominasi pola konsumsi tidak sehat. Harus diakui perempuan menjadi subyek penting sebab ia akan melahirkan generasi manusia. Tentu saja harapannya ialah generasi sehat. Namun seolah menjadi paradoks, sebab selamanya manusia akan hidup dengan plastik, terutama dari apa yang dikonsumsi tubuh.
Secara tidak langsung perempuan menjadi penentu kehidupan. Dengan kata lain, perempuan memastikan bahwa apa yang masuk dalam tubuhnya dan keluarganya bebas dari sesuatu yang berbahaya. Terdengar absurd, jika menyarankan konsumsi umbi-umbian yang diatanam di sekitar kebun rumah. Karena dalam kenyataannya, lahan yang digunakan untuk menanam semakin sempit dan bahkan tidak ada. Paling tidak perempuan harus punya pengetahuan memasak untuk bertahan hidup agar tidak tergantung dengan pasar. Semua produk makanan industri, selain kandungan zat yang tidak diketahui, pasti dikemas dengan plastik. Terlalu mensimplifikasi jika memasak dianggap domestifikasi perempuan. Sebab perempuan harus bisa menjaga kesehatan dirinya. Dengan mengkonsumsi makanan yang diproduksi sendiri minimal mengurangi kemasan plastik. Hal sederhana yang sudah berkontribusi menyelamatkan bumi.
Hari ini kita disuguhi makanan beku olahan semacam sosis, tempura, bandeng presto, serta berbagai macam produk makanan industri. Tentu saja semua itu dikemas dalam wadah plastik. Artinya semua makanan ini sudah mengandung zat kimia yang terkandung didalamnya. Dengan alasan fleksibel, mudah, cepat, dan cenderung lebih murah dibanding mengolah menu makanan sendiri, menjadi pilihan perempuan untuk dijadikan sebagai sajian andalan keluarga. Makanan umbi-umbian dianggap ketinggalan zaman. Resep masakan nusantara dengan cita rasa bumbu lengkap berubah menjadidi makanan cepat saji disandingkan dengan saus kemasan botol.
Perubahan gaya hidup ini turut mendominasi pola konsumsi tidak sehat. Harus diakui perempuan menjadi subyek penting sebab ia akan melahirkan generasi manusia. Tentu saja harapannya ialah generasi sehat. Namun seolah menjadi paradoks, sebab selamanya manusia akan hidup dengan plastik, terutama dari apa yang dikonsumsi tubuh.
Secara tidak langsung perempuan menjadi penentu kehidupan. Dengan kata lain, perempuan memastikan bahwa apa yang masuk dalam tubuhnya dan keluarganya bebas dari sesuatu yang berbahaya. Terdengar absurd, jika menyarankan konsumsi umbi-umbian yang diatanam di sekitar kebun rumah. Karena dalam kenyataannya, lahan yang digunakan untuk menanam semakin sempit dan bahkan tidak ada. Paling tidak perempuan harus punya pengetahuan memasak untuk bertahan hidup agar tidak tergantung dengan pasar. Semua produk makanan industri, selain kandungan zat yang tidak diketahui, pasti dikemas dengan plastik. Terlalu mensimplifikasi jika memasak dianggap domestifikasi perempuan. Sebab perempuan harus bisa menjaga kesehatan dirinya. Dengan mengkonsumsi makanan yang diproduksi sendiri minimal mengurangi kemasan plastik. Hal sederhana yang sudah berkontribusi menyelamatkan bumi.