KEMASAN MAKANAN YANG BERBAHAYA BAGI KESEHATAN
Berita Warga

Styrofoam dikenal pula dengan nama lain Polystyrene, salah satu material yang banyak dipergunakan oleh manusia modern dalam kehidupan sehari hari.
Styrofoam begitu populer di dunia, begitu juga dengan negeri kita,
material ini marak digunakan di Indonesia.
Banyak sekali keunggulan pada styrofoam yang terbilang sangat menguntungkan, sebagai contoh bagi para penjual makanan,seperti tidak mudah bocor, praktis dan ringan.
Sudah pasti lebih disukai sebagai kemasan pembungkus atau wadah makanan mereka,
hampir segala jenis makanan dan minuman,menggunakan bahan polimer sintetik ini sebagai kemasan atau wadahnya.
Salah satu jenis polistirena yang cukup populer di kalangan masyarakat produsen maupun konsumen adalah Polistirena foam.
Polistirena foam dikenal luas dengan istilah styrofoam yang seringkali digunakan secara tidak tepat oleh publik,karena sebenarnya styrofoam merupakan nama dagang yang telah dipatenkan oleh perusahaan Dow Chemical.
Oleh pembuatnya Styrofoam dimaksudkan untuk digunakan sebagai insulator pada bahan konstruksi bangunan.
Polistirena foam dihasilkan dari campuran 90-95% Polistirena dan 5-10% gas seperti N-Butana atau N-Pentana.
Polistirena foam dibuat dari Monomer Stirena melalui polimerisasi suspensi pada tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin dan menguapkan sisa blowing agent.
Polistirena foam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi udara yang tidak dapat menghantar panas, sehingga hal ini membuatnya menjadi insulator panas yang sangat baik.
Polistirena foam begitu banyak dimanfaatkan dalam kehidupan, tetapi tidak dapat dengan mudah direcycle atau didaur ulang, sehingga pengolahan limbahnya harus dilakukan secara benar agar tidak merugikan lingkungan.
Pemanfaatan Polistirena bekas untuk bahan aditif dalam pembuatan aspal polimer merupakan salah satu cara meminimalisir limbah tersebut.
Plastik busa yang lazim dipakai sebagai tatakan kemasan bahan pangan dan pelindung barang elektronik, belakangan makin sering digunakan untuk wadah makanan dan minuman.
Padahal, bahan penyusunnya bersifat racun sehingga bisa mencemari makanan atau minuman.
Apalagi kalau hidangan itu dikemas panas-panas!
Bahan ini disinyalir bisa merangsang tumbuhnya sel tumor dan kanker serta potensial mengakibatkan cacat lahir.
Styrofoam hanya salah satu dari puluhan, bahkan ratusan jenis plastik.
Orang awam memang sulit membedakan berjenis-jenis plastik, meskipun barang ini begitu gampang ditemukan di sekitar kita. Mulai dari sikat gigi, ember, gantungan baju, kabinet, peralatan dapur, sisir, tutup kaset, sampai kantung plastik.
Tahukah Anda kalau benda-benda ini terbuat dari bahan plastik yang berbeda-beda?
Plastik merupakan hasil proses pencampuran bahan kimia organik yang berasal dari minyak bumi, batu bara atau gas alam, sebagai suatu bahan, plastik memang memiliki keistimewaan.
Ia mudah dibentuk menjadi serat, lembaran, maupun padatan,
selain kuat dan awet, harganya pun relatif murah.
Kandungan Styrofoam dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia, khususnya pada Styrofoam yang digunakan sebagai wadah atau kemasan makanan. Karena bahan-bahan kimia yang terkadung di dalamnya dapat bermigrasi ke makanan yang dikonsumsi manusia. WHO (World Health Organization), EPA (Environmental Protection Agency) dan beberapa lembaga lainnya malah sudah mengategorikan styrofoam sebagai bahan karsinogen karena benzen yang digunakan untuk memproses butiran styrene merupakan larutan kimia yang sulit dilumat oleh sistem percernaan tidak bisa dikeluarkan melalui feses ataupun urine. Akibatnya, zat ini semakin lama semakin menumpuk dan terbalut lemak. Inilah yang bisa memicu munculnya penyakit kanker.
Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang juga mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia. Selain kanker, masalah yang paling banyak ditemui ada pada kelenjar tyroid. Sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung sulit tidur, badan gemetaran, dan mudah gelisah.
Saat benzena termakan, zat juga akan masuk ke sel-sel darah dan lama-lama akan merusak sumsum tulang belakang, bahkan efek selanjutnya akan timbul anemia, sistem imun yang berkurang.
Hasil survei di AS pada tahun 1986 menunjukkan bahwa 100% jaringan lemak orang Amerika mengandung styrene yang berasal dari styrofoam. Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan kandungan styrene sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala gangguan saraf.
Faktor yang mempengaruhi perpindahan zat kimia pada Styrofoam ke dalam makanan, antara lain:
1. Suhu yang tinggi
Semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan.
2. Kadar lemak tinggi
Bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke makanan dengan lebih cepat jika kadar lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi.
3. Kadar alkohol dan asam yang tinggi
Bahan alkohol dan asam mempercepat laju perpindahan.
4. Lama kontak
Semakin lama makanan disimpan dalam wadah Styrofoam semakin besar kemungkinan jumlah zat kimia yang bermigrasi ke dalam makanan.
Kita yang hidup di zaman serba canggih ini, rentan terserang aneka penyakit akibat lalai dan tidak teliti serta bersikap masa bodoh demi mengejar kepraktisan, sehingga membahayakan kesehatan.
Berbeda dengan orang-orang yang hidup di masa lalu, kemasan atau wadah makanan ataupun minuman, murni dari alam dan tidak mengancam kesehatan.
Pembungkus makanan dari daun pisang, daun jati, daun jambu, daun kelapa.
Wadah makanan dari bambu, tembikar, karena plastik belum marak digunakan.
Untuk minuman wadahnya potongan batang bambu, batok kelapa juga tembikar dari tanah liat.
Tidak salah, jika orang-orang zaman dahulu jauh lebih sehat.
#AtmaGo
#Semangat
#GotongRoyong
#WargaBantuWarga
#MariKitaBerAtmaGo
Styrofoam begitu populer di dunia, begitu juga dengan negeri kita,
material ini marak digunakan di Indonesia.
Banyak sekali keunggulan pada styrofoam yang terbilang sangat menguntungkan, sebagai contoh bagi para penjual makanan,seperti tidak mudah bocor, praktis dan ringan.
Sudah pasti lebih disukai sebagai kemasan pembungkus atau wadah makanan mereka,
hampir segala jenis makanan dan minuman,menggunakan bahan polimer sintetik ini sebagai kemasan atau wadahnya.
Salah satu jenis polistirena yang cukup populer di kalangan masyarakat produsen maupun konsumen adalah Polistirena foam.
Polistirena foam dikenal luas dengan istilah styrofoam yang seringkali digunakan secara tidak tepat oleh publik,karena sebenarnya styrofoam merupakan nama dagang yang telah dipatenkan oleh perusahaan Dow Chemical.
Oleh pembuatnya Styrofoam dimaksudkan untuk digunakan sebagai insulator pada bahan konstruksi bangunan.
Polistirena foam dihasilkan dari campuran 90-95% Polistirena dan 5-10% gas seperti N-Butana atau N-Pentana.
Polistirena foam dibuat dari Monomer Stirena melalui polimerisasi suspensi pada tekanan dan suhu tertentu, selanjutnya dilakukan pemanasan untuk melunakkan resin dan menguapkan sisa blowing agent.
Polistirena foam merupakan bahan plastik yang memiliki sifat khusus dengan struktur yang tersusun dari butiran dengan kerapatan rendah, mempunyai bobot ringan, dan terdapat ruang antar butiran yang berisi udara yang tidak dapat menghantar panas, sehingga hal ini membuatnya menjadi insulator panas yang sangat baik.
Polistirena foam begitu banyak dimanfaatkan dalam kehidupan, tetapi tidak dapat dengan mudah direcycle atau didaur ulang, sehingga pengolahan limbahnya harus dilakukan secara benar agar tidak merugikan lingkungan.
Pemanfaatan Polistirena bekas untuk bahan aditif dalam pembuatan aspal polimer merupakan salah satu cara meminimalisir limbah tersebut.
Plastik busa yang lazim dipakai sebagai tatakan kemasan bahan pangan dan pelindung barang elektronik, belakangan makin sering digunakan untuk wadah makanan dan minuman.
Padahal, bahan penyusunnya bersifat racun sehingga bisa mencemari makanan atau minuman.
Apalagi kalau hidangan itu dikemas panas-panas!
Bahan ini disinyalir bisa merangsang tumbuhnya sel tumor dan kanker serta potensial mengakibatkan cacat lahir.
Styrofoam hanya salah satu dari puluhan, bahkan ratusan jenis plastik.
Orang awam memang sulit membedakan berjenis-jenis plastik, meskipun barang ini begitu gampang ditemukan di sekitar kita. Mulai dari sikat gigi, ember, gantungan baju, kabinet, peralatan dapur, sisir, tutup kaset, sampai kantung plastik.
Tahukah Anda kalau benda-benda ini terbuat dari bahan plastik yang berbeda-beda?
Plastik merupakan hasil proses pencampuran bahan kimia organik yang berasal dari minyak bumi, batu bara atau gas alam, sebagai suatu bahan, plastik memang memiliki keistimewaan.
Ia mudah dibentuk menjadi serat, lembaran, maupun padatan,
selain kuat dan awet, harganya pun relatif murah.
Kandungan Styrofoam dapat berdampak buruk bagi kesehatan manusia, khususnya pada Styrofoam yang digunakan sebagai wadah atau kemasan makanan. Karena bahan-bahan kimia yang terkadung di dalamnya dapat bermigrasi ke makanan yang dikonsumsi manusia. WHO (World Health Organization), EPA (Environmental Protection Agency) dan beberapa lembaga lainnya malah sudah mengategorikan styrofoam sebagai bahan karsinogen karena benzen yang digunakan untuk memproses butiran styrene merupakan larutan kimia yang sulit dilumat oleh sistem percernaan tidak bisa dikeluarkan melalui feses ataupun urine. Akibatnya, zat ini semakin lama semakin menumpuk dan terbalut lemak. Inilah yang bisa memicu munculnya penyakit kanker.
Pada Juli 2001, Divisi Keamanan Pangan Pemerintah Jepang juga mengungkapkan bahwa residu styrofoam dalam makanan sangat berbahaya. Residu itu dapat menyebabkan endocrine disrupter (EDC), yaitu suatu penyakit yang terjadi akibat adanya gangguan pada sistem endokrinologi dan reproduksi manusia. Selain kanker, masalah yang paling banyak ditemui ada pada kelenjar tyroid. Sehingga menyebabkan kelelahan, mempercepat detak jantung sulit tidur, badan gemetaran, dan mudah gelisah.
Saat benzena termakan, zat juga akan masuk ke sel-sel darah dan lama-lama akan merusak sumsum tulang belakang, bahkan efek selanjutnya akan timbul anemia, sistem imun yang berkurang.
Hasil survei di AS pada tahun 1986 menunjukkan bahwa 100% jaringan lemak orang Amerika mengandung styrene yang berasal dari styrofoam. Penelitian dua tahun kemudian menyebutkan kandungan styrene sudah mencapai ambang batas yang bisa memunculkan gejala gangguan saraf.
Faktor yang mempengaruhi perpindahan zat kimia pada Styrofoam ke dalam makanan, antara lain:
1. Suhu yang tinggi
Semakin panas suatu makanan, semakin cepat pula migrasi bahan kimia styrofoam ke dalam makanan.
2. Kadar lemak tinggi
Bahan kimia yang terkandung dalam styrofoam akan berpindah ke makanan dengan lebih cepat jika kadar lemak (fat) dalam suatu makanan atau minuman makin tinggi.
3. Kadar alkohol dan asam yang tinggi
Bahan alkohol dan asam mempercepat laju perpindahan.
4. Lama kontak
Semakin lama makanan disimpan dalam wadah Styrofoam semakin besar kemungkinan jumlah zat kimia yang bermigrasi ke dalam makanan.
Kita yang hidup di zaman serba canggih ini, rentan terserang aneka penyakit akibat lalai dan tidak teliti serta bersikap masa bodoh demi mengejar kepraktisan, sehingga membahayakan kesehatan.
Berbeda dengan orang-orang yang hidup di masa lalu, kemasan atau wadah makanan ataupun minuman, murni dari alam dan tidak mengancam kesehatan.
Pembungkus makanan dari daun pisang, daun jati, daun jambu, daun kelapa.
Wadah makanan dari bambu, tembikar, karena plastik belum marak digunakan.
Untuk minuman wadahnya potongan batang bambu, batok kelapa juga tembikar dari tanah liat.
Tidak salah, jika orang-orang zaman dahulu jauh lebih sehat.
#AtmaGo
#Semangat
#GotongRoyong
#WargaBantuWarga
#MariKitaBerAtmaGo