Kemangi (Ocimum Americanum L.) Sebagai Pestisida Nabati
Citizen News
Kemangi adalah terna kecil yang daunnya biasa dimakan sebagai lalap. Aroma daunnya khas, kuat namun lembut dengan sentuhan aroma limau. Daun kemangi merupakan salah satu bumbu bagi pepes. Sebagai lalapan, daun kemangi biasanya dimakan bersama-sama daun kubis, irisan ketimun, dan sambal untuk menemani ayam atau ikan goreng. Di Thailand ia dikenal sebagai manglak dan juga sering dijumpai dalam menu masakan setempat.
Kemangi adalah hibrida antar spesies antara dua spesies selasih, Ocimum basilicum dan O. americanum. Kemangi dikenal juga sebagai O. basilicum var. anisatum Benth. Aroma khasnya berasal dari kandungan sitral yang tinggi pada daun dan bunganya.
Daun kemangi mengandung beberapa zat yang bermanfaat bagi tubuh, seperti vitamin A, B, C, betakaroten, kalsium, magnesium, fosfor, protein, karbohidrat, lemak, zat besi, flavonoid, arginin, anetol dan boron.[3] Menurut studi literatur yang dilakukan di berbagai negara, komposisi minyak atsiri dari daun kemangi adalah metil chaviol, linalool, eugenol, metil eugenol, fenchyl alkohol, limoenene, α-pinene, β-pinene, β-caryophyllene, thymol, camphene, α-bergamonete, geranial, geranial asetat, 1,8 – cineol, estragole, cineol, α-cubebene, nerol,methyl cinnamate, dan linalil asetat. Aktivitas biologis dari komposisi dari senyawa–senyawa kimia yang terkandung dalam daun kemangi ditentukan oleh genotip, lingkungan serta tempat tumbuh dari tanaman tersebut.
Khususnya di Kecamatan Penebel tanaman ini sangat gampang sekali dijumpai, ada yang secara khusus membudidayakan di sawah nantinya dijual pada pedagang lalapan, pada pekarangan rumah di tanam di pot biasanya dipetik saat mambuat sambah mentah dengan ayam panggangnya. Namun sejauh ini masyarakat yang ada di Kecamatan Penebel belum paham bahwa tanaman kemangi ini bisa dijadikan pestisida nabati, pada kesempatan ini kami akan imformasikan cara membuat pestisida nabati dari tanaman kemangi.
Kesadaran masyarakat akan dampak negatif pestisida kimia terus berkembang. Oleh karena itu, untuk mengatasi dampak negatif penggunaan pestisida kimia, seperti pencemaran lingkungan (tanah dan air), imunitas hama, dan terjadinya ledakan hama maka diperlukan kebijakan perlindungan tanaman/pengendalian organisme penggangu tanaman (OPT) yang mengacu pada konsep pengendalian hama terpadu (PHT). Konsep ini memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang harus memenuhi persyaratan keamanan/ramah lingkungan dan efektif tanpa adanya efek samping serta dapat menjamin pertanian berkelanjutan.
Penggunaan pestisida nabati merupakan salah satu solusi terbaik untuk mengatasi dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia. Pestisida nabati mempunyai beberapa keunggulan antara lain: murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani, relatif aman terhadap lingkungan, tidak menyebabkan keracunan pada tanaman, sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama, kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain dan menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia. Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu: merusak perkembangan telur, larva dan pupa, menghambat pergantian kulit, mengganggu komunikasi serangga, menyebabkan serangga menolak makan, menghambat reproduksi serangga betina, mengurangi nafsu makan, memblokir kemampuan makan serangga, mengusir serangga dan menghambat perkembangan patogen penyakit.
Di Indonesia terdapat beberapa jenis kemangi yang mempunyai nilai ekonomis penting dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai penghasil minyak atsiri yang digunakan untuk obat-obatan, pengharum, bumbu, dan bahan baku pestisida nabati dengan klasifikasi ilmiahnya. Kemangi merupakan tanaman semak perdu yang tumbuh liar dan berpenampilan cukup rimbun. Tanaman ini memiliki bunga berwarna putih batang halus dengan daun pada setiap ruas, daun berwarna hijau muda dengan bentuk oval antara 3-4 cm (panjang), memiliki aroma yang khas dengan tinggi tanaman antara 60-70 cm dari permukaan tanah, selain memiliki bunga, kemangi juga memiliki biji dengan ukuran 0,1 mm. Kemangi dapat tumbuh di semua wilayah Indonesia, tumbuhan ini banyak dijumpai di daerah dataran rendah hingga ketinggian 1.100 m dari permukaan laut, kemangi dapat tumbuh pada tanah yang memiliki pH antara 5-7, pada kondisi tanah yang masam kemangipun dapat tumbuh dengan baik.
Tanaman kemangi berdasarkan senyawa utama (bahan aktif) dalam minyak yang dimilikinya, maka dapat dibedakan menjadi 4 tipe yaitu: (1) tipe Eropa (methyl chavicol, linalool), (2) tipe Reunion (methyl chavicol, camphor), (3) tipe methyl cinnamate, dan (4) tipe eugenol (eugenol). Senyawa methyl eugenol tertinggi terdapat pada tipe eugenol yang berfungsi sebagai penarik (atraktan) lalat buah (B. Dorsalis) senyawa utama tersebut mampu menarik hama lalat buah jantan masuk ke dalam perangkap.
Selain berperan sebagai atraktan, pestisida nabati dapat dibuat dengan cara yang sangat sederhana yaitu dengan mengumpulkan daun kemangi segar sebanyak 15 kg selanjutnya di cincang, kemudian dimasukan dalam wadah dari plastik diisi air sebanyak 85 liter (konsentrasi 15%) ditutup dan diperam 24 jam. Setelah diperam disaring sebelum dimasukan ke tengki semprot, dimana setiap 14 liter tengki semprot ditambahkan deterjen sebanyak 10 g selanjutnya disemprotkan ke bagian tanaman yang terserang secara merata (penyemprotan sebaiknya dilakukan pada sore hari untuk menghindari penguapan). Pestisida ini untuk pengendalian hama dan ulat Plutella xylostella di areal pertanaman kubis.
Dari hasil penelitian lainnya dengan pengaturan pola tanam kemangi dengan kubis mampu menurunkan intensitas serangan hama Plutella xylostella dan mampu meningkatkan produksi tanaman kubis secara organik. Tanaman kemangi tidak hanya baik untuk pertumbuhan tanaman kubis namun juga berperan menekan populasi hama Plutella xylostella. Hal ini disebabkan karena kemangi mengandung fenol (tynol) yang cukup tinggi mencapai 22,9-65,5 mg/g berat kering yang mampu berfungsi sebagai repellent dan anti mikrobial. Dengan kemampuannya menekan populasi hama maka kemangi menyebabkan tanaman kubis tumbuh dengan baik, dan tidak menganggu pertumbuhan tanaman.
Demikian imformasi tentang pembuatan pestisida nabati dari tanaman kemangi, semoga bermanfaat dan selamat mencoba.
Penulis: I Nyoman Kuspianto, SP (Koordinator BPP Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Provindsi Bali), Kementerian Pertanian RI
Kemangi adalah hibrida antar spesies antara dua spesies selasih, Ocimum basilicum dan O. americanum. Kemangi dikenal juga sebagai O. basilicum var. anisatum Benth. Aroma khasnya berasal dari kandungan sitral yang tinggi pada daun dan bunganya.
Daun kemangi mengandung beberapa zat yang bermanfaat bagi tubuh, seperti vitamin A, B, C, betakaroten, kalsium, magnesium, fosfor, protein, karbohidrat, lemak, zat besi, flavonoid, arginin, anetol dan boron.[3] Menurut studi literatur yang dilakukan di berbagai negara, komposisi minyak atsiri dari daun kemangi adalah metil chaviol, linalool, eugenol, metil eugenol, fenchyl alkohol, limoenene, α-pinene, β-pinene, β-caryophyllene, thymol, camphene, α-bergamonete, geranial, geranial asetat, 1,8 – cineol, estragole, cineol, α-cubebene, nerol,methyl cinnamate, dan linalil asetat. Aktivitas biologis dari komposisi dari senyawa–senyawa kimia yang terkandung dalam daun kemangi ditentukan oleh genotip, lingkungan serta tempat tumbuh dari tanaman tersebut.
Khususnya di Kecamatan Penebel tanaman ini sangat gampang sekali dijumpai, ada yang secara khusus membudidayakan di sawah nantinya dijual pada pedagang lalapan, pada pekarangan rumah di tanam di pot biasanya dipetik saat mambuat sambah mentah dengan ayam panggangnya. Namun sejauh ini masyarakat yang ada di Kecamatan Penebel belum paham bahwa tanaman kemangi ini bisa dijadikan pestisida nabati, pada kesempatan ini kami akan imformasikan cara membuat pestisida nabati dari tanaman kemangi.
Kesadaran masyarakat akan dampak negatif pestisida kimia terus berkembang. Oleh karena itu, untuk mengatasi dampak negatif penggunaan pestisida kimia, seperti pencemaran lingkungan (tanah dan air), imunitas hama, dan terjadinya ledakan hama maka diperlukan kebijakan perlindungan tanaman/pengendalian organisme penggangu tanaman (OPT) yang mengacu pada konsep pengendalian hama terpadu (PHT). Konsep ini memadukan satu atau lebih teknik pengendalian yang harus memenuhi persyaratan keamanan/ramah lingkungan dan efektif tanpa adanya efek samping serta dapat menjamin pertanian berkelanjutan.
Penggunaan pestisida nabati merupakan salah satu solusi terbaik untuk mengatasi dampak negatif dari penggunaan pestisida kimia. Pestisida nabati mempunyai beberapa keunggulan antara lain: murah dan mudah dibuat sendiri oleh petani, relatif aman terhadap lingkungan, tidak menyebabkan keracunan pada tanaman, sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama, kompatibel digabung dengan cara pengendalian yang lain dan menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia. Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangan hama dan penyakit melalui cara kerja yang unik. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik, yaitu: merusak perkembangan telur, larva dan pupa, menghambat pergantian kulit, mengganggu komunikasi serangga, menyebabkan serangga menolak makan, menghambat reproduksi serangga betina, mengurangi nafsu makan, memblokir kemampuan makan serangga, mengusir serangga dan menghambat perkembangan patogen penyakit.
Di Indonesia terdapat beberapa jenis kemangi yang mempunyai nilai ekonomis penting dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai penghasil minyak atsiri yang digunakan untuk obat-obatan, pengharum, bumbu, dan bahan baku pestisida nabati dengan klasifikasi ilmiahnya. Kemangi merupakan tanaman semak perdu yang tumbuh liar dan berpenampilan cukup rimbun. Tanaman ini memiliki bunga berwarna putih batang halus dengan daun pada setiap ruas, daun berwarna hijau muda dengan bentuk oval antara 3-4 cm (panjang), memiliki aroma yang khas dengan tinggi tanaman antara 60-70 cm dari permukaan tanah, selain memiliki bunga, kemangi juga memiliki biji dengan ukuran 0,1 mm. Kemangi dapat tumbuh di semua wilayah Indonesia, tumbuhan ini banyak dijumpai di daerah dataran rendah hingga ketinggian 1.100 m dari permukaan laut, kemangi dapat tumbuh pada tanah yang memiliki pH antara 5-7, pada kondisi tanah yang masam kemangipun dapat tumbuh dengan baik.
Tanaman kemangi berdasarkan senyawa utama (bahan aktif) dalam minyak yang dimilikinya, maka dapat dibedakan menjadi 4 tipe yaitu: (1) tipe Eropa (methyl chavicol, linalool), (2) tipe Reunion (methyl chavicol, camphor), (3) tipe methyl cinnamate, dan (4) tipe eugenol (eugenol). Senyawa methyl eugenol tertinggi terdapat pada tipe eugenol yang berfungsi sebagai penarik (atraktan) lalat buah (B. Dorsalis) senyawa utama tersebut mampu menarik hama lalat buah jantan masuk ke dalam perangkap.
Selain berperan sebagai atraktan, pestisida nabati dapat dibuat dengan cara yang sangat sederhana yaitu dengan mengumpulkan daun kemangi segar sebanyak 15 kg selanjutnya di cincang, kemudian dimasukan dalam wadah dari plastik diisi air sebanyak 85 liter (konsentrasi 15%) ditutup dan diperam 24 jam. Setelah diperam disaring sebelum dimasukan ke tengki semprot, dimana setiap 14 liter tengki semprot ditambahkan deterjen sebanyak 10 g selanjutnya disemprotkan ke bagian tanaman yang terserang secara merata (penyemprotan sebaiknya dilakukan pada sore hari untuk menghindari penguapan). Pestisida ini untuk pengendalian hama dan ulat Plutella xylostella di areal pertanaman kubis.
Dari hasil penelitian lainnya dengan pengaturan pola tanam kemangi dengan kubis mampu menurunkan intensitas serangan hama Plutella xylostella dan mampu meningkatkan produksi tanaman kubis secara organik. Tanaman kemangi tidak hanya baik untuk pertumbuhan tanaman kubis namun juga berperan menekan populasi hama Plutella xylostella. Hal ini disebabkan karena kemangi mengandung fenol (tynol) yang cukup tinggi mencapai 22,9-65,5 mg/g berat kering yang mampu berfungsi sebagai repellent dan anti mikrobial. Dengan kemampuannya menekan populasi hama maka kemangi menyebabkan tanaman kubis tumbuh dengan baik, dan tidak menganggu pertumbuhan tanaman.
Demikian imformasi tentang pembuatan pestisida nabati dari tanaman kemangi, semoga bermanfaat dan selamat mencoba.
Penulis: I Nyoman Kuspianto, SP (Koordinator BPP Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan, Provindsi Bali), Kementerian Pertanian RI