Kelapa Sawit Penyumbang PDRB Tertinggi Kabupaten Luwu Utara Perlu Pemerintah Dukung Empat Subsistem
Berita Warga

Luwu Utara - Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Sulawesi Selatan, Badaruddin Puang Sabang, menjadi narasumber pada talk show rangkaian HUT ke 36 Tahun Perhimpunan Penyuluh Pertanian Indonesia (PERHIPTANI) Kabupaten Luwu Utara bersama Kadis Pertanian Luwu Utara, Rusydi Rasyid, dan Kadis Ketahanan Pangan Luwu Utara yang dikemas di objek wisata Tirosoe Kecamatan Baebunta Kabupaten Luwu Utara, Senin 17 Juli 2023.
Adapun temanya: Membincang potensi dan tantangan agribisnis Tanaman Perkebunan Kabupaten Luwu Utara.
Kegiatan ini berlangsung selama dua hari dan dihadiri seluruh penyuluh pertanian serta perwakilan beberapa petani.
Badaruddin Puang Sabang katakan Agribisnis Kelapa Sawit didukung 4 Subsistem yang saling menunjang dalam pelaksanaan usaha disektor kelapa sawit.
Pertama, Sub Sistem Hulu Sawit yang ini meliputi industri Benih dan Pembibitan, Industri Pupuk, industri pestisida, industri alat dan mesin pertanian untuk mendukung kegiatan agribisnis.
Salah satu persoalan yg dihadapi petani sawit di Indonesia umumnya dan di luwu utara khususnya adalah masalah pupuk yg sudah menjadi perbincangan setiap hari di kalangan petani.
Badaruddin, untuk bisa menjadi petani yang mandiri harus punya industri pupuk sendiri baik pupuk organik maupun non organik dengan demikian ketersediaan pupuk bisa diatasi.
"Bahan baku di daerah kita ini cukup tersedia baik untuk pupuk organik maupun non organik", Ucapnya.
Kedua, Sub sistem budidaya dan pengolahan tandang buah segar untuk menghasilkan minyak sawit.
Lanjut Badaruddin, Persoalan di budidaya adalah produksi rata rata yang dicapai masih rendah akibat adanya penggunaan benih atau bibit sawit tidak unggul yang ketelusuran sumber benihnya tidak jelas dan tingkat pemeliharaan masih rendah bahkan ada sebagian petani sekedar menunggu hasil panen dengan pemeliharaan seadanya.
Ini adalah tantangan para PPL dalam pendampingan kelompok tani sebagai agen pembaharu utama dalam melakukan perubahan dibidang pertanian termasuk didalamnya usaha kebun sawit.
"Harapan kita adalah petani bisa memelihara kelapa sawitnya dengan baik, fungsi kelompok benar benar bisa dilaksanakan agar persoalan yg dihadapi bisa teratasi", tuturnya.
Selain itu, Kata Badar sapaannya, Persoalan kedua di sub sistem ini adalah harga TBS yang masih rendah.
Olehnya itu, dibutuhkan dukungan regulasi yang benar benar bisa memberikan harga yang adil bagi petani kelapa sawit.
Menurutnya perlu ada Perda, Pergub yang merupakan turunan dan penjelasan lebih lanjut dari Permentan yang mengatur tentang jaminan harga kelapa sawit.
Supaya petani sawit bisa mandiri dan perlu membentuk kelompok yang menjadi mitra dengan pabrik kelapa sawit yang ada di Luwu Utara. "Kemitraan adalah solusi keberlanjutan Usaha Sawit", tuturnya.
Ketiga yaitu Sub sistem hilir yaitu Ini meliputi industri industri yang mengolah minyak sawit dan turunannya serta penasarannya "Kita mengharap Luwu Utara ada yg berinvestasi di sub sistem ini", harapnya.
Ke empat yaitu Industri atau lembaga penyedia jasa, di subsistem ini ada lembaga keuangan atau perbankan, Industri trasportasi, jasa logistik, kebijakan moneter, fiskal, jebijakan tata ruang dan lainnya.
Untuk meningkatkan produktivitas lahan kelapa sawit perlu dilakukan diversifikasi atau penambahan tanaman lain yang bisa memberikan nilai tambah tanpa mengurangi jumlah pohon tananan kelapa sawit dalam suatu areal kebun.
"Saya menyarankan agar dipinggir jalan tani atau setiap perbatasan kepemilikan kebun sawit bisa ditanami dengan tanaman pinang. Pinang saat ini dan yang akan datang memiliki pasar yang cerah.
Saat ini banyak permintaan tapi barang tidak ada. Pinang juga termasuk konsumsi dalam negeri dan ekspor, bahan baku berbagai minuman, bahan baku industri, kosmetik dan lainnya.
Tanaman kelapa sawit salah satu komoditi unggulan di Kabupaten Luwu Utara sebagai penyumbang PDRB tertinggi yang tentunya berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat Luwu Utara", tutup Badaruddin.
Adapun temanya: Membincang potensi dan tantangan agribisnis Tanaman Perkebunan Kabupaten Luwu Utara.
Kegiatan ini berlangsung selama dua hari dan dihadiri seluruh penyuluh pertanian serta perwakilan beberapa petani.
Badaruddin Puang Sabang katakan Agribisnis Kelapa Sawit didukung 4 Subsistem yang saling menunjang dalam pelaksanaan usaha disektor kelapa sawit.
Pertama, Sub Sistem Hulu Sawit yang ini meliputi industri Benih dan Pembibitan, Industri Pupuk, industri pestisida, industri alat dan mesin pertanian untuk mendukung kegiatan agribisnis.
Salah satu persoalan yg dihadapi petani sawit di Indonesia umumnya dan di luwu utara khususnya adalah masalah pupuk yg sudah menjadi perbincangan setiap hari di kalangan petani.
Badaruddin, untuk bisa menjadi petani yang mandiri harus punya industri pupuk sendiri baik pupuk organik maupun non organik dengan demikian ketersediaan pupuk bisa diatasi.
"Bahan baku di daerah kita ini cukup tersedia baik untuk pupuk organik maupun non organik", Ucapnya.
Kedua, Sub sistem budidaya dan pengolahan tandang buah segar untuk menghasilkan minyak sawit.
Lanjut Badaruddin, Persoalan di budidaya adalah produksi rata rata yang dicapai masih rendah akibat adanya penggunaan benih atau bibit sawit tidak unggul yang ketelusuran sumber benihnya tidak jelas dan tingkat pemeliharaan masih rendah bahkan ada sebagian petani sekedar menunggu hasil panen dengan pemeliharaan seadanya.
Ini adalah tantangan para PPL dalam pendampingan kelompok tani sebagai agen pembaharu utama dalam melakukan perubahan dibidang pertanian termasuk didalamnya usaha kebun sawit.
"Harapan kita adalah petani bisa memelihara kelapa sawitnya dengan baik, fungsi kelompok benar benar bisa dilaksanakan agar persoalan yg dihadapi bisa teratasi", tuturnya.
Selain itu, Kata Badar sapaannya, Persoalan kedua di sub sistem ini adalah harga TBS yang masih rendah.
Olehnya itu, dibutuhkan dukungan regulasi yang benar benar bisa memberikan harga yang adil bagi petani kelapa sawit.
Menurutnya perlu ada Perda, Pergub yang merupakan turunan dan penjelasan lebih lanjut dari Permentan yang mengatur tentang jaminan harga kelapa sawit.
Supaya petani sawit bisa mandiri dan perlu membentuk kelompok yang menjadi mitra dengan pabrik kelapa sawit yang ada di Luwu Utara. "Kemitraan adalah solusi keberlanjutan Usaha Sawit", tuturnya.
Ketiga yaitu Sub sistem hilir yaitu Ini meliputi industri industri yang mengolah minyak sawit dan turunannya serta penasarannya "Kita mengharap Luwu Utara ada yg berinvestasi di sub sistem ini", harapnya.
Ke empat yaitu Industri atau lembaga penyedia jasa, di subsistem ini ada lembaga keuangan atau perbankan, Industri trasportasi, jasa logistik, kebijakan moneter, fiskal, jebijakan tata ruang dan lainnya.
Untuk meningkatkan produktivitas lahan kelapa sawit perlu dilakukan diversifikasi atau penambahan tanaman lain yang bisa memberikan nilai tambah tanpa mengurangi jumlah pohon tananan kelapa sawit dalam suatu areal kebun.
"Saya menyarankan agar dipinggir jalan tani atau setiap perbatasan kepemilikan kebun sawit bisa ditanami dengan tanaman pinang. Pinang saat ini dan yang akan datang memiliki pasar yang cerah.
Saat ini banyak permintaan tapi barang tidak ada. Pinang juga termasuk konsumsi dalam negeri dan ekspor, bahan baku berbagai minuman, bahan baku industri, kosmetik dan lainnya.
Tanaman kelapa sawit salah satu komoditi unggulan di Kabupaten Luwu Utara sebagai penyumbang PDRB tertinggi yang tentunya berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat Luwu Utara", tutup Badaruddin.