JANGAN PERNAH BERJANJI JIKA TIDAK MAMPU MEMENUHINYA
Berita Warga

𝗝𝗔𝗡𝗚𝗔𝗡 𝗣𝗘𝗥𝗡𝗔𝗛 𝗕𝗘𝗥𝗝𝗔𝗡𝗝𝗜 𝗝𝗜𝗞𝗔 𝗧𝗜𝗗𝗔𝗞 𝗠𝗔𝗠𝗣𝗨 𝗠𝗘𝗠𝗘𝗡𝗨𝗛𝗜𝗡𝗬𝗔
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“𝗗𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗻𝘂𝗵𝗶𝗹𝗮𝗵 𝗷𝗮𝗻𝗷𝗶, 𝘀𝗲𝘀𝘂𝗻𝗴𝗴𝘂𝗵𝗻𝘆𝗮 𝗷𝗮𝗻𝗷𝗶 𝗶𝘁𝘂 𝗽𝗮𝘀𝘁𝗶 𝗱𝗶𝗺𝗶𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗽𝗲𝗿𝘁𝗮𝗻𝗴𝗴𝘂𝗻𝗴𝗷𝗮𝘄𝗮𝗯𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮.” (𝗔𝗹-𝗜𝘀𝗿𝗮`: 𝟯𝟰)
Demikianlah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk senantiasa menjaga, memelihara, dan melaksanakan janjinya. Hal ini mencakup janji seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, janji hamba dengan hamba, dan janji atas dirinya sendiri seperti nadzar. Masuk pula dalam hal ini apa yang telah dijadikan sebagai persyaratan dalam akad pernikahan, akad jual beli, perdamaian, gencatan senjata, dan semisalnya.
𝘔𝘦𝘯𝘦𝘱𝘢𝘵𝘪 𝘫𝘢𝘯𝘫𝘪 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘮𝘢𝘯. 𝘉𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘨𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘯𝘫𝘪𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘢𝘨𝘢𝘮𝘢 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘯𝘺𝘢. 𝘔𝘢𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘶𝘭𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘳 𝘫𝘢𝘯𝘫𝘪, 𝘵𝘦𝘳𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘵𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘯𝘢𝘧𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘬𝘵𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘦𝘭𝘦𝘬 𝘴𝘦𝘳𝘵𝘢 𝘳𝘶𝘴𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘩𝘢𝘵𝘪.
“𝗧𝗮𝗻𝗱𝗮-𝘁𝗮𝗻𝗱𝗮 𝗺𝘂𝗻𝗮𝗳𝗶𝗸 𝗮𝗱𝗮 𝘁𝗶𝗴𝗮; 𝗮𝗽𝗮𝗯𝗶𝗹𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗯𝗶𝗰𝗮𝗿𝗮 𝗱𝘂𝘀𝘁𝗮, 𝗮𝗽𝗮𝗯𝗶𝗹𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗷𝗮𝗻𝗷𝗶 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗶𝗻𝗴𝗸𝗮𝗿𝗶, 𝗱𝗮𝗻 𝗮𝗽𝗮𝗯𝗶𝗹𝗮 𝗱𝗶𝗽𝗲𝗿𝗰𝗮𝘆𝗮 𝗸𝗵𝗶𝗮𝗻𝗮𝘁.” (𝗛𝗥. 𝗠𝘂𝘀𝗹𝗶𝗺)
Seorang mukmin apabila dia berbicara, jujur ucapannya. Bila telah berjanji ia menepatinya, dan jika dipercaya untuk menjaga ucapan, harta, dan hak, maka ia menjaganya. Tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang beriman lagi bersih. Dan surga bertingkat-tingkat keutamaannya, sedangkan yang tertinggi adalah Firdaus. Darinya memancar sungai-sungai yang ada dalam surga dan di atasnya adalah ‘Arsy Ar-Rahman. Tempat kemuliaan yang besar ini diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang baik, di antaranya adalah menepati janji. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
𝗗𝗮𝗻 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴-𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗺𝗲𝗹𝗶𝗵𝗮𝗿𝗮 𝗮𝗺𝗮𝗻𝗮𝘁-𝗮𝗺𝗮𝗻𝗮𝘁 (𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗶𝗽𝗶𝗸𝘂𝗹𝗻𝘆𝗮) 𝗱𝗮𝗻 𝗷𝗮𝗻𝗷𝗶𝗻𝘆𝗮. (𝗔𝗹-𝗠𝘂𝗺𝗶𝗻𝘂𝗻 : 𝟴)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) :
“𝗝𝗮𝗴𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗲𝗻𝗮𝗺 𝗽𝗲𝗿𝗸𝗮𝗿𝗮 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗸𝗮𝗹𝗶𝗮𝗻 𝗻𝗶𝘀𝗰𝗮𝘆𝗮 𝗮𝗸𝘂 𝗷𝗮𝗺𝗶𝗻 𝗯𝗮𝗴𝗶 𝗸𝗮𝗹𝗶𝗮𝗻 𝘀𝘂𝗿𝗴𝗮; 𝗷𝘂𝗷𝘂𝗿𝗹𝗮𝗵 𝗯𝗶𝗹𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗯𝗶𝗰𝗮𝗿𝗮, 𝘁𝗲𝗽𝗮𝘁𝗶𝗹𝗮𝗵 𝗷𝗶𝗸𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗷𝗮𝗻𝗷𝗶, 𝘁𝘂𝗻𝗮𝗶𝗸𝗮𝗻𝗹𝗮𝗵 𝗮𝗽𝗮𝗯𝗶𝗹𝗮 𝗸𝗮𝗹𝗶𝗮𝗻 𝗱𝗶𝗯𝗲𝗿𝗶 𝗮𝗺𝗮𝗻𝗮𝗵, 𝗷𝗮𝗴𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗸𝗲𝗺𝗮𝗹𝘂𝗮𝗻, 𝘁𝘂𝗻𝗱𝘂𝗸𝗸𝗮𝗻𝗹𝗮𝗵 𝗽𝗮𝗻𝗱𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝘁𝗮𝗵𝗮𝗻𝗹𝗮𝗵 𝘁𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻-𝘁𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗸𝗮𝗹𝗶𝗮𝗻 (𝗱𝗮𝗿𝗶 𝘀𝗲𝘀𝘂𝗮𝘁𝘂 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗶𝗹𝗮𝗿𝗮𝗻𝗴).” (𝗛𝗥. 𝗔𝗵𝗺𝗮𝗱, 𝗜𝗯𝗻𝘂 𝗛𝗶𝗯𝗯𝗮𝗻, 𝗔𝗹-𝗛𝗮𝗸𝗶𝗺 𝗱𝗮𝗻 𝗔𝗹-𝗕𝗮𝗶𝗵𝗮𝗾𝗶 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗦𝘆𝘂’𝗮𝗯𝘂𝗹 𝗜𝗺𝗮𝗻, 𝗹𝗶𝗵𝗮𝘁 𝗔𝘀𝗵-𝗦𝗵𝗮𝗵𝗶𝗵𝗮𝗵 𝗻𝗼. 𝟭𝟰𝟳𝟬)
Sumber :
https://pengusahamuslim.com/562-menepati-janji.html
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
“𝗗𝗮𝗻 𝗽𝗲𝗻𝘂𝗵𝗶𝗹𝗮𝗵 𝗷𝗮𝗻𝗷𝗶, 𝘀𝗲𝘀𝘂𝗻𝗴𝗴𝘂𝗵𝗻𝘆𝗮 𝗷𝗮𝗻𝗷𝗶 𝗶𝘁𝘂 𝗽𝗮𝘀𝘁𝗶 𝗱𝗶𝗺𝗶𝗻𝘁𝗮𝗶 𝗽𝗲𝗿𝘁𝗮𝗻𝗴𝗴𝘂𝗻𝗴𝗷𝗮𝘄𝗮𝗯𝗮𝗻𝗻𝘆𝗮.” (𝗔𝗹-𝗜𝘀𝗿𝗮`: 𝟯𝟰)
Demikianlah perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada hamba-hamba-Nya yang beriman untuk senantiasa menjaga, memelihara, dan melaksanakan janjinya. Hal ini mencakup janji seorang hamba kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, janji hamba dengan hamba, dan janji atas dirinya sendiri seperti nadzar. Masuk pula dalam hal ini apa yang telah dijadikan sebagai persyaratan dalam akad pernikahan, akad jual beli, perdamaian, gencatan senjata, dan semisalnya.
𝘔𝘦𝘯𝘦𝘱𝘢𝘵𝘪 𝘫𝘢𝘯𝘫𝘪 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘪𝘮𝘢𝘯. 𝘉𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨𝘴𝘪𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘮𝘦𝘯𝘫𝘢𝘨𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘫𝘢𝘯𝘫𝘪𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘢𝘬𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘢𝘨𝘢𝘮𝘢 𝘣𝘢𝘨𝘪𝘯𝘺𝘢. 𝘔𝘢𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘵𝘶 𝘱𝘶𝘭𝘢 𝘪𝘯𝘨𝘬𝘢𝘳 𝘫𝘢𝘯𝘫𝘪, 𝘵𝘦𝘳𝘮𝘢𝘴𝘶𝘬 𝘵𝘢𝘯𝘥𝘢 𝘬𝘦𝘮𝘶𝘯𝘢𝘧𝘪𝘬𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘶𝘬𝘵𝘪 𝘢𝘵𝘢𝘴 𝘢𝘥𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘮𝘢𝘬𝘢𝘳 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘦𝘭𝘦𝘬 𝘴𝘦𝘳𝘵𝘢 𝘳𝘶𝘴𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘩𝘢𝘵𝘪.
“𝗧𝗮𝗻𝗱𝗮-𝘁𝗮𝗻𝗱𝗮 𝗺𝘂𝗻𝗮𝗳𝗶𝗸 𝗮𝗱𝗮 𝘁𝗶𝗴𝗮; 𝗮𝗽𝗮𝗯𝗶𝗹𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗯𝗶𝗰𝗮𝗿𝗮 𝗱𝘂𝘀𝘁𝗮, 𝗮𝗽𝗮𝗯𝗶𝗹𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗷𝗮𝗻𝗷𝗶 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗶𝗻𝗴𝗸𝗮𝗿𝗶, 𝗱𝗮𝗻 𝗮𝗽𝗮𝗯𝗶𝗹𝗮 𝗱𝗶𝗽𝗲𝗿𝗰𝗮𝘆𝗮 𝗸𝗵𝗶𝗮𝗻𝗮𝘁.” (𝗛𝗥. 𝗠𝘂𝘀𝗹𝗶𝗺)
Seorang mukmin apabila dia berbicara, jujur ucapannya. Bila telah berjanji ia menepatinya, dan jika dipercaya untuk menjaga ucapan, harta, dan hak, maka ia menjaganya. Tidak akan masuk surga kecuali jiwa yang beriman lagi bersih. Dan surga bertingkat-tingkat keutamaannya, sedangkan yang tertinggi adalah Firdaus. Darinya memancar sungai-sungai yang ada dalam surga dan di atasnya adalah ‘Arsy Ar-Rahman. Tempat kemuliaan yang besar ini diperuntukkan bagi orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang baik, di antaranya adalah menepati janji. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
𝗗𝗮𝗻 𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴-𝗼𝗿𝗮𝗻𝗴 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗺𝗲𝗹𝗶𝗵𝗮𝗿𝗮 𝗮𝗺𝗮𝗻𝗮𝘁-𝗮𝗺𝗮𝗻𝗮𝘁 (𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗶𝗽𝗶𝗸𝘂𝗹𝗻𝘆𝗮) 𝗱𝗮𝗻 𝗷𝗮𝗻𝗷𝗶𝗻𝘆𝗮. (𝗔𝗹-𝗠𝘂𝗺𝗶𝗻𝘂𝗻 : 𝟴)
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya) :
“𝗝𝗮𝗴𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗲𝗻𝗮𝗺 𝗽𝗲𝗿𝗸𝗮𝗿𝗮 𝗱𝗮𝗿𝗶 𝗸𝗮𝗹𝗶𝗮𝗻 𝗻𝗶𝘀𝗰𝗮𝘆𝗮 𝗮𝗸𝘂 𝗷𝗮𝗺𝗶𝗻 𝗯𝗮𝗴𝗶 𝗸𝗮𝗹𝗶𝗮𝗻 𝘀𝘂𝗿𝗴𝗮; 𝗷𝘂𝗷𝘂𝗿𝗹𝗮𝗵 𝗯𝗶𝗹𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗯𝗶𝗰𝗮𝗿𝗮, 𝘁𝗲𝗽𝗮𝘁𝗶𝗹𝗮𝗵 𝗷𝗶𝗸𝗮 𝗯𝗲𝗿𝗷𝗮𝗻𝗷𝗶, 𝘁𝘂𝗻𝗮𝗶𝗸𝗮𝗻𝗹𝗮𝗵 𝗮𝗽𝗮𝗯𝗶𝗹𝗮 𝗸𝗮𝗹𝗶𝗮𝗻 𝗱𝗶𝗯𝗲𝗿𝗶 𝗮𝗺𝗮𝗻𝗮𝗵, 𝗷𝗮𝗴𝗮𝗹𝗮𝗵 𝗸𝗲𝗺𝗮𝗹𝘂𝗮𝗻, 𝘁𝘂𝗻𝗱𝘂𝗸𝗸𝗮𝗻𝗹𝗮𝗵 𝗽𝗮𝗻𝗱𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗱𝗮𝗻 𝘁𝗮𝗵𝗮𝗻𝗹𝗮𝗵 𝘁𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻-𝘁𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗸𝗮𝗹𝗶𝗮𝗻 (𝗱𝗮𝗿𝗶 𝘀𝗲𝘀𝘂𝗮𝘁𝘂 𝘆𝗮𝗻𝗴 𝗱𝗶𝗹𝗮𝗿𝗮𝗻𝗴).” (𝗛𝗥. 𝗔𝗵𝗺𝗮𝗱, 𝗜𝗯𝗻𝘂 𝗛𝗶𝗯𝗯𝗮𝗻, 𝗔𝗹-𝗛𝗮𝗸𝗶𝗺 𝗱𝗮𝗻 𝗔𝗹-𝗕𝗮𝗶𝗵𝗮𝗾𝗶 𝗱𝗮𝗹𝗮𝗺 𝗦𝘆𝘂’𝗮𝗯𝘂𝗹 𝗜𝗺𝗮𝗻, 𝗹𝗶𝗵𝗮𝘁 𝗔𝘀𝗵-𝗦𝗵𝗮𝗵𝗶𝗵𝗮𝗵 𝗻𝗼. 𝟭𝟰𝟳𝟬)
Sumber :
https://pengusahamuslim.com/562-menepati-janji.html