Hipotensi Dan Hipertensi, Mana Yang Lebih Berbahaya?
Citizen News

𝗛𝗶𝗽𝗼𝘁𝗲𝗻𝘀𝗶 𝗗𝗮𝗻 𝗛𝗶𝗽𝗲𝗿𝘁𝗲𝗻𝘀𝗶, 𝗠𝗮𝗻𝗮 𝗬𝗮𝗻𝗴 𝗟𝗲𝗯𝗶𝗵 𝗕𝗲𝗿𝗯𝗮𝗵𝗮𝘆𝗮?
Hipotensi dan hipertensi adalah dua kondisi yang ditandai dengan nilai tekanan darah yang tidak normal. Kedua gangguan pada tekanan darah ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari yang ringan hingga berat. Namun, antara hipotensi dan hipertensi, manakah yang lebih berbahaya?
Tekanan darah adalah salah satu dari empat tanda vital di tubuh yang digunakan sebagai tolak ukur kondisi kesehatan seseorang secara umum. Nilai tekanan darah bisa diketahui melalui pemeriksaan tekanan darah. Nilai tekanan darah normal pada orang dewasa berkisar antara 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg.
Hipotensi dan hipertensi merupakan dua kondisi yang saling berseberangan. Hipotensi atau darah rendah adalah kondisi ketika tekanan darah berada di bawah 90/60 mmHg. Sebaliknya, hipertensi adalah kondisi meningkatnya tekanan darah hingga melebihi angka 140/80 mmHg atau lebih.
Meski saling berseberangan, hipotensi dan hipertensi adalah dua kondisi yang sama-sama dapat mengganggu kesehatan.
Hipertensi dapat disebabkan oleh banyak hal, mulai dari faktor keturunan atau genetik, kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes dan obesitas, hingga gaya hidup tidak sehat, misalnya jarang berolahraga, terlalu sering mengonsumsi makanan tinggi garam dan lemak jenuh, stres berlebihan, serta 𝘀𝗲𝗿𝗶𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗿𝗼𝗸𝗼𝗸 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗼𝗻𝘀𝘂𝗺𝘀𝗶 𝗮𝗹𝗸𝗼𝗵𝗼𝗹.
Hipertensi bisa dikatakan penyakit yang berbahaya karena sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun. Gejala hipertensi biasanya baru muncul ketika tekanan darah sudah sangat tinggi dan menimbulkan gangguan fungsi organ tertentu. Ketika hal tersebut terjadi, hipertensi dapat menimbulkan beberapa tanda dan gejala, seperti :
𝟭. 𝗣𝘂𝘀𝗶𝗻𝗴
𝟮. 𝗦𝗮𝗸𝗶𝘁 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗹𝗮
𝟯. 𝗣𝗮𝗻𝗱𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗸𝗮𝗯𝘂𝗿
𝟰. 𝗟𝗲𝗺𝗮𝘀
𝟱. 𝗡𝘆𝗲𝗿𝗶 𝗱𝗮𝗱𝗮
𝟲. 𝗦𝗲𝘀𝗮𝗸 𝗻𝗮𝗽𝗮𝘀
𝟳. 𝗝𝗮𝗻𝘁𝘂𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗱𝗲𝗯𝗮𝗿-𝗱𝗲𝗯𝗮𝗿
𝟴. 𝗦𝗲𝗿𝗶𝗻𝗴 𝗺𝗶𝗺𝗶𝘀𝗮𝗻
𝟵. 𝗠𝘂𝗮𝗹 𝗱𝗮𝗻 𝗺𝘂𝗻𝘁𝗮𝗵
Jika tidak terkontrol, tekanan darah tinggi atau hipertensi bisa berkembang menjadi hipertensi maligna. Kondisi ini berisiko tinggi menimbulkan berbagai komplikasi berbahaya seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit ginjal.
Namun, hipotensi juga bisa disebabkan oleh beberapa hal lain, misalnya efek samping obat-obatan, hipotensi ortostatik, hingga kondisi medis tertentu, seperti dehidrasi, perdarahan, gangguan hormon, malnutrisi, hingga masalah jantung, termasuk aritmia dan gagal jantung.
Sama seperti hipertensi, hipotensi juga sering kali tidak menimbulkan gejala yang khas. Namun, ada beberapa gejala yang kerap muncul ketika seseorang mengalami hipotensi, di antaranya :
𝟭. 𝗣𝘂𝘀𝗶𝗻𝗴
𝟮. 𝗠𝘂𝗮𝗹 𝗱𝗮𝗻 𝗺𝘂𝗻𝘁𝗮𝗵
𝟯. 𝗟𝗲𝗺𝗮𝘀
𝟰. 𝗣𝗮𝗻𝗱𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗯𝘂𝗿𝗮𝗺
𝟱. 𝗞𝗲𝗵𝗶𝗹𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗸𝗲𝘀𝗲𝗶𝗺𝗯𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻
𝟲. 𝗝𝗮𝗻𝘁𝘂𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗱𝗲𝗯𝗮𝗿-𝗱𝗲𝗯𝗮𝗿
𝟳. 𝗦𝗲𝘀𝗮𝗸 𝗻𝗮𝗽𝗮𝘀
𝟴. 𝗣𝗶𝗻𝗴𝘀𝗮𝗻
𝟵. 𝗦𝘂𝘀𝗮𝗵 𝗸𝗼𝗻𝘀𝗲𝗻𝘁𝗿𝗮𝘀𝗶
𝟭𝟬. 𝗞𝘂𝗹𝗶𝘁 𝗽𝘂𝗰𝗮𝘁 𝗱𝗮𝗻 𝗱𝗶𝗻𝗴𝗶𝗻
Hipotensi tidak dapat dianggap remeh karena berisiko menimbulkan kondisi yang berbahaya, yaitu syok. Hal ini terjadi ketika tekanan darah sangat rendah atau berkurang secara drastis, sehingga tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup.
Kondisi ini bisa berdampak pada terganggunya fungsi berbagai organ, seperti otak, ginjal, dan jantung. Apabila dibiarkan tanpa penanganan, kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi dan bahkan kematian.
Hipotensi bisa diatasi dengan cara memperbanyak asupan cairan, baik melalui makanan dan minuman atau terapi cairan melalui infus, menghentikan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan hipotensi, hingga menangani kondisi yang mendasari terjadinya hipotensi, misalnya perdarahan atau gangguan jantung.
𝗦𝘂𝗺𝗯𝗲𝗿 :
𝗦𝗲𝗵𝗮𝘁 𝗝𝗮𝗻𝘁𝘂𝗻𝗴
Hipotensi dan hipertensi adalah dua kondisi yang ditandai dengan nilai tekanan darah yang tidak normal. Kedua gangguan pada tekanan darah ini dapat menimbulkan berbagai masalah kesehatan, mulai dari yang ringan hingga berat. Namun, antara hipotensi dan hipertensi, manakah yang lebih berbahaya?
Tekanan darah adalah salah satu dari empat tanda vital di tubuh yang digunakan sebagai tolak ukur kondisi kesehatan seseorang secara umum. Nilai tekanan darah bisa diketahui melalui pemeriksaan tekanan darah. Nilai tekanan darah normal pada orang dewasa berkisar antara 90/60 mmHg hingga 120/80 mmHg.
Hipotensi dan hipertensi merupakan dua kondisi yang saling berseberangan. Hipotensi atau darah rendah adalah kondisi ketika tekanan darah berada di bawah 90/60 mmHg. Sebaliknya, hipertensi adalah kondisi meningkatnya tekanan darah hingga melebihi angka 140/80 mmHg atau lebih.
Meski saling berseberangan, hipotensi dan hipertensi adalah dua kondisi yang sama-sama dapat mengganggu kesehatan.
Hipertensi dapat disebabkan oleh banyak hal, mulai dari faktor keturunan atau genetik, kondisi kesehatan tertentu, seperti diabetes dan obesitas, hingga gaya hidup tidak sehat, misalnya jarang berolahraga, terlalu sering mengonsumsi makanan tinggi garam dan lemak jenuh, stres berlebihan, serta 𝘀𝗲𝗿𝗶𝗻𝗴 𝗺𝗲𝗿𝗼𝗸𝗼𝗸 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝗺𝗲𝗻𝗴𝗼𝗻𝘀𝘂𝗺𝘀𝗶 𝗮𝗹𝗸𝗼𝗵𝗼𝗹.
Hipertensi bisa dikatakan penyakit yang berbahaya karena sering kali tidak menimbulkan gejala apa pun. Gejala hipertensi biasanya baru muncul ketika tekanan darah sudah sangat tinggi dan menimbulkan gangguan fungsi organ tertentu. Ketika hal tersebut terjadi, hipertensi dapat menimbulkan beberapa tanda dan gejala, seperti :
𝟭. 𝗣𝘂𝘀𝗶𝗻𝗴
𝟮. 𝗦𝗮𝗸𝗶𝘁 𝗸𝗲𝗽𝗮𝗹𝗮
𝟯. 𝗣𝗮𝗻𝗱𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗸𝗮𝗯𝘂𝗿
𝟰. 𝗟𝗲𝗺𝗮𝘀
𝟱. 𝗡𝘆𝗲𝗿𝗶 𝗱𝗮𝗱𝗮
𝟲. 𝗦𝗲𝘀𝗮𝗸 𝗻𝗮𝗽𝗮𝘀
𝟳. 𝗝𝗮𝗻𝘁𝘂𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗱𝗲𝗯𝗮𝗿-𝗱𝗲𝗯𝗮𝗿
𝟴. 𝗦𝗲𝗿𝗶𝗻𝗴 𝗺𝗶𝗺𝗶𝘀𝗮𝗻
𝟵. 𝗠𝘂𝗮𝗹 𝗱𝗮𝗻 𝗺𝘂𝗻𝘁𝗮𝗵
Jika tidak terkontrol, tekanan darah tinggi atau hipertensi bisa berkembang menjadi hipertensi maligna. Kondisi ini berisiko tinggi menimbulkan berbagai komplikasi berbahaya seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit ginjal.
Namun, hipotensi juga bisa disebabkan oleh beberapa hal lain, misalnya efek samping obat-obatan, hipotensi ortostatik, hingga kondisi medis tertentu, seperti dehidrasi, perdarahan, gangguan hormon, malnutrisi, hingga masalah jantung, termasuk aritmia dan gagal jantung.
Sama seperti hipertensi, hipotensi juga sering kali tidak menimbulkan gejala yang khas. Namun, ada beberapa gejala yang kerap muncul ketika seseorang mengalami hipotensi, di antaranya :
𝟭. 𝗣𝘂𝘀𝗶𝗻𝗴
𝟮. 𝗠𝘂𝗮𝗹 𝗱𝗮𝗻 𝗺𝘂𝗻𝘁𝗮𝗵
𝟯. 𝗟𝗲𝗺𝗮𝘀
𝟰. 𝗣𝗮𝗻𝗱𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗯𝘂𝗿𝗮𝗺
𝟱. 𝗞𝗲𝗵𝗶𝗹𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻 𝗸𝗲𝘀𝗲𝗶𝗺𝗯𝗮𝗻𝗴𝗮𝗻
𝟲. 𝗝𝗮𝗻𝘁𝘂𝗻𝗴 𝗯𝗲𝗿𝗱𝗲𝗯𝗮𝗿-𝗱𝗲𝗯𝗮𝗿
𝟳. 𝗦𝗲𝘀𝗮𝗸 𝗻𝗮𝗽𝗮𝘀
𝟴. 𝗣𝗶𝗻𝗴𝘀𝗮𝗻
𝟵. 𝗦𝘂𝘀𝗮𝗵 𝗸𝗼𝗻𝘀𝗲𝗻𝘁𝗿𝗮𝘀𝗶
𝟭𝟬. 𝗞𝘂𝗹𝗶𝘁 𝗽𝘂𝗰𝗮𝘁 𝗱𝗮𝗻 𝗱𝗶𝗻𝗴𝗶𝗻
Hipotensi tidak dapat dianggap remeh karena berisiko menimbulkan kondisi yang berbahaya, yaitu syok. Hal ini terjadi ketika tekanan darah sangat rendah atau berkurang secara drastis, sehingga tubuh tidak mendapatkan oksigen yang cukup.
Kondisi ini bisa berdampak pada terganggunya fungsi berbagai organ, seperti otak, ginjal, dan jantung. Apabila dibiarkan tanpa penanganan, kondisi ini dapat menimbulkan komplikasi dan bahkan kematian.
Hipotensi bisa diatasi dengan cara memperbanyak asupan cairan, baik melalui makanan dan minuman atau terapi cairan melalui infus, menghentikan penggunaan obat-obatan yang menyebabkan hipotensi, hingga menangani kondisi yang mendasari terjadinya hipotensi, misalnya perdarahan atau gangguan jantung.
𝗦𝘂𝗺𝗯𝗲𝗿 :
𝗦𝗲𝗵𝗮𝘁 𝗝𝗮𝗻𝘁𝘂𝗻𝗴