Genia Visinema Rilis Film Berbahasa Lampung, “Rindu Arini”
Berita Warga

Dalam upaya melestarikan bahasa daerah yang semakin terpinggirkan, Genia Visinema secara resmi mengulirkan produksi film layar lebar berbahasa Lampung berjudul "Rindu Arini".
Film ini menjadi salah satu bentuk kepedulian terhadap budaya lokal yang kian tergerus modernisasi, sekaligus menghadirkan kisah inspiratif tentang perjuangan dan impian.
Disutradarai oleh Rizqon Agustia Fahsa, "Rindu Arini" menawarkan pengalaman sinematik yang berbeda, di separuh film dialognya menggunakan bahasa Lampung.
Menurut Rizqon Agustia Fahsa di Bandar Lampung, Rabu, (05/02/2025), ilm berdurasi 120 menit ini bertujuan tidak hanya sebagai hiburan tetapi juga mmenjadi sarana edukasi dan apresiasi terhadap warisan budaya Lampung.
Rizqoan lebih lanjuut membebberkan film ini mengisahkan perjalanan seorang gadis bernama Arini (10 Tahun), yang merindukan kedua orang tuanya yang telah lama merantau ke Jakarta. Didorong oleh kerinduan yang mendalam, Arini berusaha mengumpulkan uang untuk ongkos perjalanan ke ibu kota. Dalam upayanya menabung, ia membantu Abah Musa (60 tahun) menjual soto berkeliling kampung, penjual soto legendaris yang juga memiliki kisah hidup penuh makna.
“Melalui perjuangan Arini, film ini menampilkan berbagai aspek kehidupan masyarakat Lampung, mulai dari semangat gotong royong, kerja keras, hingga nilai-nilai kekeluargaan yang masih kental dalam budaya setempat,” terang Rizqon.
Kisahnya dalam ilm Rindu Arini, lanjut Sutradara yang bermukim di Pesawaran ini sangat menyentuh diharapkan dapat menginspirasi banyak orang untuk lebih menghargai bahasa daerah dan tradisi leluhur.
Pemeran dan Dukungan Prodduksi
Film ini dibintangi oleh aktor dan aktris berbakat, diantaranya Humaidi Abas sebagai pemeran utama pria (Abah Musa) dan Adzkia Ayuandira sebagai Arini. Keduanya membawa karakter mereka hidup dengan penuh emosi dan kedalaman, memperkuat pesan yang ingin disampaikan oleh film ini.
Selain itu, "Rindu Arini" mendapat dukungan dari berbagai pihak, di antaranya Deddy Sulaimawan, Parles, Gilang Robbani, Ulil Amri MB, serta sejumlah tokoh lain yang turut berkontribusi dalam suksesnya produksi film ini.
“Dukungan mereka menunjukkan bahwa pelestarian bahasa daerah bukan hanya tanggung jawab satu pihak, tetapi merupakan usaha kolektif yang membutuhkan perhatian luas,” tandas Sutradara yang berkomitmen mengangkat persoalan lokalitas.
Pesan moral dan budaya film Rindu Arini
Dalam beberapa dekade terakhir, imbuh Risqon, banyak bahasa daerah di Indonesia mengalami penurunan jumlah penutur akibat pengaruh globalisasi dan modernisasi. “Film "Rindu Arini" hadir sebagai bentuk kepedulian terhadap fenomena ini, dengan harapan dapat membangkitkan kembali rasa bangga terhadap bahasa dan budaya daerah, khususnya bahasa Lampung,” jelasnya.
Film ini dijadwalkan akan tayang dalam waktu dekat di berbagai bioskop dan platform pemutaran film. Diharapkan, kehadiran "Rindu Arini" dapat menjadi momentum bagi masyarakat untuk lebih aktif dalam melestarikan bahasa ibu mereka.
Film ini menjadi salah satu bentuk kepedulian terhadap budaya lokal yang kian tergerus modernisasi, sekaligus menghadirkan kisah inspiratif tentang perjuangan dan impian.
Disutradarai oleh Rizqon Agustia Fahsa, "Rindu Arini" menawarkan pengalaman sinematik yang berbeda, di separuh film dialognya menggunakan bahasa Lampung.
Menurut Rizqon Agustia Fahsa di Bandar Lampung, Rabu, (05/02/2025), ilm berdurasi 120 menit ini bertujuan tidak hanya sebagai hiburan tetapi juga mmenjadi sarana edukasi dan apresiasi terhadap warisan budaya Lampung.
Rizqoan lebih lanjuut membebberkan film ini mengisahkan perjalanan seorang gadis bernama Arini (10 Tahun), yang merindukan kedua orang tuanya yang telah lama merantau ke Jakarta. Didorong oleh kerinduan yang mendalam, Arini berusaha mengumpulkan uang untuk ongkos perjalanan ke ibu kota. Dalam upayanya menabung, ia membantu Abah Musa (60 tahun) menjual soto berkeliling kampung, penjual soto legendaris yang juga memiliki kisah hidup penuh makna.
“Melalui perjuangan Arini, film ini menampilkan berbagai aspek kehidupan masyarakat Lampung, mulai dari semangat gotong royong, kerja keras, hingga nilai-nilai kekeluargaan yang masih kental dalam budaya setempat,” terang Rizqon.
Kisahnya dalam ilm Rindu Arini, lanjut Sutradara yang bermukim di Pesawaran ini sangat menyentuh diharapkan dapat menginspirasi banyak orang untuk lebih menghargai bahasa daerah dan tradisi leluhur.
Pemeran dan Dukungan Prodduksi
Film ini dibintangi oleh aktor dan aktris berbakat, diantaranya Humaidi Abas sebagai pemeran utama pria (Abah Musa) dan Adzkia Ayuandira sebagai Arini. Keduanya membawa karakter mereka hidup dengan penuh emosi dan kedalaman, memperkuat pesan yang ingin disampaikan oleh film ini.
Selain itu, "Rindu Arini" mendapat dukungan dari berbagai pihak, di antaranya Deddy Sulaimawan, Parles, Gilang Robbani, Ulil Amri MB, serta sejumlah tokoh lain yang turut berkontribusi dalam suksesnya produksi film ini.
“Dukungan mereka menunjukkan bahwa pelestarian bahasa daerah bukan hanya tanggung jawab satu pihak, tetapi merupakan usaha kolektif yang membutuhkan perhatian luas,” tandas Sutradara yang berkomitmen mengangkat persoalan lokalitas.
Pesan moral dan budaya film Rindu Arini
Dalam beberapa dekade terakhir, imbuh Risqon, banyak bahasa daerah di Indonesia mengalami penurunan jumlah penutur akibat pengaruh globalisasi dan modernisasi. “Film "Rindu Arini" hadir sebagai bentuk kepedulian terhadap fenomena ini, dengan harapan dapat membangkitkan kembali rasa bangga terhadap bahasa dan budaya daerah, khususnya bahasa Lampung,” jelasnya.
Film ini dijadwalkan akan tayang dalam waktu dekat di berbagai bioskop dan platform pemutaran film. Diharapkan, kehadiran "Rindu Arini" dapat menjadi momentum bagi masyarakat untuk lebih aktif dalam melestarikan bahasa ibu mereka.