Gender dan Kepemimpinan: Peluang dan Tatangan di Indonesia
Berita Warga

Gender dan Kepemimpinan
Kepemimpinan berbasis gender menjadi topik penting untuk diskusi. Menurut Underdahl seorang ahli kepemimnan melakukan kajian dan menganggap pemimpin perempuan tidak lagi sesuai dengan stereotip yang berdasarkan perbedaan perilaku kepemimpinan antara yang feminin dan maskulin. Penelitiannya menunjukkan bahwasanya seorang pemimpin perempuan tidak mempunyai kecenderungan yang lebih terfokus pada hubungan interpersonal dan juga kurang peduli terhadap tugas jika dibandingkan dengan pemimpin laki-laki.
Peluang Gender dalam Kepemimpinan di Indonesia
Perubahan Peran
Perempuan kini menunjukkan sifat yang lebih tegas, berani, dan karakteristik yang dianggap maskulin. Selain itu, nilai-nilai yang dipegang oleh perempuan terhadap jenis pekerjaan, seperti kebebasan, tantangan, kepemimpinan, prestise, dan pengaruh, semuanya setara dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh laki-laki. Walaupun terjadi perubahan seperti itu, yang membuat perempuan menjadi lebih maskulin, perlu diingat bahwa ini tidak mengurangi nilai dan kualitas femininitas perempuan.
Teori Kesesuaian Peran (Role Congruity Theory)
Penelitian dalam teori ini dirancang oleh seorang ahli yang Eagly dan Johnson dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip teori kongruensi peran. Teori kongruensi peran adalah bagian penting dari kerangka teori peran sosial memiliki pendapat bahwa seorang individu dapat mengembangkan sebuah ekspektasi mengenai perilaku orang lain berdasarkan peran gender yang bersifat deskriptif dan preskriptif. Ekspektasi ini dibentuk oleh norma-norma sosial dan pembagian tugas berdasarkan jenis kelamin.
Diversitas Pekerjaan
Diversitas merujuk pada beragam latar belakang karyawan yang bekerja bersama untuk menciptakan kerja sama yang harmonis di lingkungan kerja. Diversitas yang terkait dengan manajemen dan tenaga kerja telah menjadi topik penting yang menjelaskan bahwa memiliki keragaman dalam manajemen kelompok dapat memberikan sebuah manfaat dan juga sekaligus tantangan bagi kepemimpinan dan organisasinya. Salah satu manfaat penting dan utama memiliki tenaga kerja bervariasi dan yang beragam adalah potensi untuk meningkatkan kreativitas dan juga inovasi, serta memperkuat bakat. Hal ini menguntungkan dalam kegiatan dan proses pengambilan keputusan yang adil karena mempertimbangkan berbagai perspektif dan prinsip yang muncul dari keragaman dalam anggota tenaga kerja.
Keterwakilan Perempuan dalam sebuah jabatan
Dari 575 orang yang terpilih menjadi anggota DPR RI, total 118 perempuan berhasil terpilih, merupakan 20,5% dari jumlah total. ini merupakan pencapaian paling luar biasa yang pernah dicapai Indonesia dalam hal kehadiran perempuan dalam politik. Meskipun peningkatan yang tampaknya kecil, penting untuk mengakui pertumbuhan perwakilan perempuan di parlemen.
Tantangan Gender dalam Kepemimpinan di Indonesia
Sejarah
Penelitian eksperimental telah mengungkapkan bahwa gender seorang pemimpin memiliki dampak pada respons psikologis dan perilaku kerja bawahannya, yang menghasilkan berbagai tingkat persetujuan dari manajer baik laki-laki maupun perempuan.
B banyak orang meyakini bahwa keberhasilan seorang manajer sangat terkait dengan pola dasar kepemimpinan yang seringkali dikaitkan dengan laki-laki. Dampaknya, seringkali manajer laki-laki dianggap lebih sukses dalam peran manajerial mereka daripada manajer perempuan.
Budaya Patriarki
Di Indonesia, tradisi dan keyakinan yang bersifat patriarki masih memiliki dampak yang signifikan terhadap beberapa aspek kehidupan dan juga struktur sosial. Menyeluruh, mayoritas penduduk di Indonesia hidup dalam masyarakat yang bersifat patrilineal, di mana peran dan posisi laki-laki sebagai ayah dianggap lebih dominan dibandingkan dengan ibu yang merupakan perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti sistem feodal dan patriarki yang membatasi kemampuan perempuan untuk mengembangkan potensi mereka di luar wilayah domestik.
Kepemimpinan berbasis gender menjadi topik penting untuk diskusi. Menurut Underdahl seorang ahli kepemimnan melakukan kajian dan menganggap pemimpin perempuan tidak lagi sesuai dengan stereotip yang berdasarkan perbedaan perilaku kepemimpinan antara yang feminin dan maskulin. Penelitiannya menunjukkan bahwasanya seorang pemimpin perempuan tidak mempunyai kecenderungan yang lebih terfokus pada hubungan interpersonal dan juga kurang peduli terhadap tugas jika dibandingkan dengan pemimpin laki-laki.
Peluang Gender dalam Kepemimpinan di Indonesia
Perubahan Peran
Perempuan kini menunjukkan sifat yang lebih tegas, berani, dan karakteristik yang dianggap maskulin. Selain itu, nilai-nilai yang dipegang oleh perempuan terhadap jenis pekerjaan, seperti kebebasan, tantangan, kepemimpinan, prestise, dan pengaruh, semuanya setara dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh laki-laki. Walaupun terjadi perubahan seperti itu, yang membuat perempuan menjadi lebih maskulin, perlu diingat bahwa ini tidak mengurangi nilai dan kualitas femininitas perempuan.
Teori Kesesuaian Peran (Role Congruity Theory)
Penelitian dalam teori ini dirancang oleh seorang ahli yang Eagly dan Johnson dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip teori kongruensi peran. Teori kongruensi peran adalah bagian penting dari kerangka teori peran sosial memiliki pendapat bahwa seorang individu dapat mengembangkan sebuah ekspektasi mengenai perilaku orang lain berdasarkan peran gender yang bersifat deskriptif dan preskriptif. Ekspektasi ini dibentuk oleh norma-norma sosial dan pembagian tugas berdasarkan jenis kelamin.
Diversitas Pekerjaan
Diversitas merujuk pada beragam latar belakang karyawan yang bekerja bersama untuk menciptakan kerja sama yang harmonis di lingkungan kerja. Diversitas yang terkait dengan manajemen dan tenaga kerja telah menjadi topik penting yang menjelaskan bahwa memiliki keragaman dalam manajemen kelompok dapat memberikan sebuah manfaat dan juga sekaligus tantangan bagi kepemimpinan dan organisasinya. Salah satu manfaat penting dan utama memiliki tenaga kerja bervariasi dan yang beragam adalah potensi untuk meningkatkan kreativitas dan juga inovasi, serta memperkuat bakat. Hal ini menguntungkan dalam kegiatan dan proses pengambilan keputusan yang adil karena mempertimbangkan berbagai perspektif dan prinsip yang muncul dari keragaman dalam anggota tenaga kerja.
Keterwakilan Perempuan dalam sebuah jabatan
Dari 575 orang yang terpilih menjadi anggota DPR RI, total 118 perempuan berhasil terpilih, merupakan 20,5% dari jumlah total. ini merupakan pencapaian paling luar biasa yang pernah dicapai Indonesia dalam hal kehadiran perempuan dalam politik. Meskipun peningkatan yang tampaknya kecil, penting untuk mengakui pertumbuhan perwakilan perempuan di parlemen.
Tantangan Gender dalam Kepemimpinan di Indonesia
Sejarah
Penelitian eksperimental telah mengungkapkan bahwa gender seorang pemimpin memiliki dampak pada respons psikologis dan perilaku kerja bawahannya, yang menghasilkan berbagai tingkat persetujuan dari manajer baik laki-laki maupun perempuan.
B banyak orang meyakini bahwa keberhasilan seorang manajer sangat terkait dengan pola dasar kepemimpinan yang seringkali dikaitkan dengan laki-laki. Dampaknya, seringkali manajer laki-laki dianggap lebih sukses dalam peran manajerial mereka daripada manajer perempuan.
Budaya Patriarki
Di Indonesia, tradisi dan keyakinan yang bersifat patriarki masih memiliki dampak yang signifikan terhadap beberapa aspek kehidupan dan juga struktur sosial. Menyeluruh, mayoritas penduduk di Indonesia hidup dalam masyarakat yang bersifat patrilineal, di mana peran dan posisi laki-laki sebagai ayah dianggap lebih dominan dibandingkan dengan ibu yang merupakan perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti sistem feodal dan patriarki yang membatasi kemampuan perempuan untuk mengembangkan potensi mereka di luar wilayah domestik.