Fayat, Anak Penyandang Disabilitas Masih Terisolir di Pombakka
Diskusi Komunitas

SUREQ - LUWU UTARA
Salah satu penyandang disabilitas yang ada di Desa Pombakka Kecamatan Malangke Barat, Luwu Utara, masih terisolir setelah di terjang banjir kurang lebih sebulan lamanya.
Jebolnya tanggul pembatas antara Desa Pombakka dan Desa Lembang-lembang
menyebabkan terjadinya banjir saat turunnya hujan deras. Hal ini pula yang menyebabkan air meluap setinggi 1 hingga 2 masuk ke pemukiman warga.
Meluapnya air memaksa warga untuk tidak beraktifitas seperti biasanya dan melumpuhkan mata pencaharian mereka, khusunya petani yang harus siap gagal panen karena rendaman air yang cukup lama.
Disisi lain, ada Fayat (9), anak penyandang disabilitas ganda (fisik, sensori wicara dan rungu) yang masih terisolir karena rumahnya terendam air hingga mencapai lebih dari setengah tinggi pintu rumahnya.
“Untuk sekarang ini, Fayat masih mengungsi di rumah neneknya yang juga terdampak banjir tapi masih bisa dijadikan tempat tinggal,” ucap Darmawati, Pengurus Fatayat NU Luwu Utara yang ditemui saat membagikan sembako di Desa Pombakka, pada Kamis, (23/5/2024).
Darmawati menceritakan bahwa banyak pengalaman dari perjalanan ini.
"Anak difabel itu benar-benar istimewa, ceritanya begini, saat bertemu Fayat sebenarnya saya kaget karena respon Fayat berlebihan ketika saya mendekat, padahal sebelumnya saat rekan Lila disebelahnya mendekat, Fayat diam saja, tapi begtu saya duduk disebelahnya, Fayat langsung heboh, saya kira mau mengamuk atau menarik jilbab, makanya saya reflek menahan tangannya, setelah agak tenang, tangannya saya lepas dan kembali diulurkan , saya biarkan walaupun sedikit menahan rasa takut., terrnyta hanya mau pegang pipi dan main-main dengan tangan saya. Masyaallah, ibunya bilang katanya itu salam perkenalan dari Fayat," cerita Darmawati saat itu.
Hingga saat ini, menurut keterangan dari orang tua Fayat, mereka masih sangat kerepotan saat menjaga dan mengurus Fayat, karena rumah yang dijadikan tempat pengungsian dihuni oleh 4 sampai 5 Keluarga, sehingga membuat sempit pergerakan di dalam rumah dan itu sangat mengganggu aktifitas Fayat.
“Hal ini lumayan mengganggu ruang gerak Fayat, karena Fayat sangat aktif bergerak menggunakan lutut dan tangannya itu memerlukan ruang yang cukup lapang,” jelas Darmawati.
Salah satu penyandang disabilitas yang ada di Desa Pombakka Kecamatan Malangke Barat, Luwu Utara, masih terisolir setelah di terjang banjir kurang lebih sebulan lamanya.
Jebolnya tanggul pembatas antara Desa Pombakka dan Desa Lembang-lembang
menyebabkan terjadinya banjir saat turunnya hujan deras. Hal ini pula yang menyebabkan air meluap setinggi 1 hingga 2 masuk ke pemukiman warga.
Meluapnya air memaksa warga untuk tidak beraktifitas seperti biasanya dan melumpuhkan mata pencaharian mereka, khusunya petani yang harus siap gagal panen karena rendaman air yang cukup lama.
Disisi lain, ada Fayat (9), anak penyandang disabilitas ganda (fisik, sensori wicara dan rungu) yang masih terisolir karena rumahnya terendam air hingga mencapai lebih dari setengah tinggi pintu rumahnya.
“Untuk sekarang ini, Fayat masih mengungsi di rumah neneknya yang juga terdampak banjir tapi masih bisa dijadikan tempat tinggal,” ucap Darmawati, Pengurus Fatayat NU Luwu Utara yang ditemui saat membagikan sembako di Desa Pombakka, pada Kamis, (23/5/2024).
Darmawati menceritakan bahwa banyak pengalaman dari perjalanan ini.
"Anak difabel itu benar-benar istimewa, ceritanya begini, saat bertemu Fayat sebenarnya saya kaget karena respon Fayat berlebihan ketika saya mendekat, padahal sebelumnya saat rekan Lila disebelahnya mendekat, Fayat diam saja, tapi begtu saya duduk disebelahnya, Fayat langsung heboh, saya kira mau mengamuk atau menarik jilbab, makanya saya reflek menahan tangannya, setelah agak tenang, tangannya saya lepas dan kembali diulurkan , saya biarkan walaupun sedikit menahan rasa takut., terrnyta hanya mau pegang pipi dan main-main dengan tangan saya. Masyaallah, ibunya bilang katanya itu salam perkenalan dari Fayat," cerita Darmawati saat itu.
Hingga saat ini, menurut keterangan dari orang tua Fayat, mereka masih sangat kerepotan saat menjaga dan mengurus Fayat, karena rumah yang dijadikan tempat pengungsian dihuni oleh 4 sampai 5 Keluarga, sehingga membuat sempit pergerakan di dalam rumah dan itu sangat mengganggu aktifitas Fayat.
“Hal ini lumayan mengganggu ruang gerak Fayat, karena Fayat sangat aktif bergerak menggunakan lutut dan tangannya itu memerlukan ruang yang cukup lapang,” jelas Darmawati.