Dengan Limbah Kelapa, Petani Milenial Sulsel Peroleh Omzet Rp 20 Juta Per Pekan
Berita Warga

𝐃𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐋𝐢𝐦𝐛𝐚𝐡 𝐊𝐞𝐥𝐚𝐩𝐚, 𝐏𝐞𝐭𝐚𝐧𝐢 𝐌𝐢𝐥𝐞𝐧𝐢𝐚𝐥 𝐒𝐮𝐥𝐬𝐞𝐥 𝐏𝐞𝐫𝐨𝐥𝐞𝐡 𝐎𝐦𝐳𝐞𝐭 𝐑𝐩 𝟐𝟎 𝐉𝐮𝐭𝐚 𝐏𝐞𝐫 𝐏𝐞𝐤𝐚𝐧
𝗠𝗲𝗱𝗶𝗮𝘁𝗮𝗻𝗶 – Sebuah pencapaian yang luar biasa dari duo petani milenial asal Sulawesi Selatan (Sulsel), yakni Seniarfan dan Asri Azis. Belum cukup setahun, keduanya mampu meraup cuan dengan memanfaatkan limbah sabut kelapa yang dibuatnya menjadi media tanam.
Sejak April tahun 2020 lalu, memulai menjalankan usaha tersebut, kini omzetnya mencapai Rp 15 – 20 Juta perpekannya. Sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi puluhan orang ibu-ibu di sekitar lokasi produksi media tanamnya di Pinrang, Sulsel.
Saat ditemui di rumahnya di kawasan Toddopuli, Makassar, Arfan penggagas A2Tani menuturkan, awal dirinya mendapatkan ide membuat media tanam itu karena tingginya minat berkebun ibu rumah tangga saat masa PSBB April lalu.
Dari situ kemudian, dia melihat peluang dan melakukan survei di beberapa kabupaten yang ada di Sulsel, lalu terbentuklah usahanya yang dinamai A2Tani.
“Kita lahir di masa pandemi, saat mulai banyak orang berkebun, seperti menanam tanaman di rumah. Peluang dari banyaknya minat berkebun itulah yang kita respons. Apalagi waktu itu kan PSBB. Orang-orang juga bekerja dari rumah, jadi tren bercocok tanam itulah yang kita lihat,” kata Appang, sapaannya kepada mediatani.co, Senin (15/3/2021).
Menurut dia, selama ini, media tanam yang banyak digunakan justru datang bukan dari Sulsel, tetapi kebanyakan dari daerah Jawa. Sementara itu, dari beberapa wilayah di Sulsel ternyata memiliki bahan baku yang melimpah.
“Permintaan pasar media tanam ini sangat banyak, ibu-ibu sangat membutuhkan dalam aktivitas berkebun. Sementara produk yang dihasilkan ternyata banyak yang datang dari luar Sulawesi terutama dari Jawa. Nah, setelah kita survei, secara bahan baku kita di Sulsel ini ada dan melimpah, justru. Setiap kabupaten, seperti Pinrang, Jeneponto dan Bulukumba ternyata ada,” ungkap lulusan sarjana pertanian ini.
Asri Azis sebagai Pengelola A2Tani mengatakan bahwa limbah sabut kelapa menjadi pilihan tepat karena bahan bakunya sangat mudah diperoleh. Di sepanjang pantai daerah Pinrang, Polman, sebutnya, terdapat banyak sekali sabut kelapa yang hanya terbuang percuma.
“Secara, kita juga memanfaatkan limbah sabut kelapa yang justru memang banyak terbuang percuma. Daripada hanya dibakar saja kan? Itu sepanjang garis pantai, Pinrang, Polman, Majene itu banyak sekali kelapa. Itu yang kita lihat potensinya, sumber daya juga ada, dan alhamdulillah jalan sampai sekarang,” kata Asri.
Saat ini, lanjut dia, pihaknya memilih Pinrang sebagai tempat produksi mengingat sumber daya manusia yang turut mensupport dan siap bekerja. Ibu-ibu di sekitar lokasi produksi pun dilibatkan.
“Secara SDM di Pinrang siap, sehingga kita memilih memproduksi di Pinrang. Tenaga kerjanya melibatkan ibu-ibu daerah sekitar pabrik. Di situ kita produksi harian. Kita siapkan bahan bakunya, ibu-ibu yang buat dan produknya kita beli. Untuk karyawan sudah ada 8 orang bulanan, sementara ibu rumah tangga ada 20-an orang,” terang Asri.
Perihal pemasarannya, ujar Asri, itu menyebar di hampir seluruh wilayah Sulawesi selatan. Market utamanya ada di Makassar, dari sini lalu menyebar dan disuplai ke beberapa tokoh pertanian besar di Makassar.
Tiap pekannya, ujar Asri, pihaknya telah mensuplai dengan volume mencapai 5 ton. Pada saat lagi tren-trennya, omzetnya pun tembus Rp15-20 Juta dalam sepekan. Dari volume dan omzet yang dihasilkan itu, lanjut dia, lebih dari cukup, karena A2Tani mampu memutus rantai yang selama ini dari Jawa.
Dia dan tim juga mendorong penjualan offline dan online. Ada medsos yang mencakup instagram, facebook, di e-commerce pun ada seperti tokopedia dan lainnya.
Berita selengkapnya silahkan klik link atau tautan berikut ini,
🔗 https://mediatani.co/dengan-limbah-kelapa-petani-milenial-sulsel-peroleh-omzet-rp-20-juta-hingga-buka-lapangan-pekerjaan
𝗠𝗲𝗱𝗶𝗮𝘁𝗮𝗻𝗶 – Sebuah pencapaian yang luar biasa dari duo petani milenial asal Sulawesi Selatan (Sulsel), yakni Seniarfan dan Asri Azis. Belum cukup setahun, keduanya mampu meraup cuan dengan memanfaatkan limbah sabut kelapa yang dibuatnya menjadi media tanam.
Sejak April tahun 2020 lalu, memulai menjalankan usaha tersebut, kini omzetnya mencapai Rp 15 – 20 Juta perpekannya. Sekaligus membuka lapangan pekerjaan bagi puluhan orang ibu-ibu di sekitar lokasi produksi media tanamnya di Pinrang, Sulsel.
Saat ditemui di rumahnya di kawasan Toddopuli, Makassar, Arfan penggagas A2Tani menuturkan, awal dirinya mendapatkan ide membuat media tanam itu karena tingginya minat berkebun ibu rumah tangga saat masa PSBB April lalu.
Dari situ kemudian, dia melihat peluang dan melakukan survei di beberapa kabupaten yang ada di Sulsel, lalu terbentuklah usahanya yang dinamai A2Tani.
“Kita lahir di masa pandemi, saat mulai banyak orang berkebun, seperti menanam tanaman di rumah. Peluang dari banyaknya minat berkebun itulah yang kita respons. Apalagi waktu itu kan PSBB. Orang-orang juga bekerja dari rumah, jadi tren bercocok tanam itulah yang kita lihat,” kata Appang, sapaannya kepada mediatani.co, Senin (15/3/2021).
Menurut dia, selama ini, media tanam yang banyak digunakan justru datang bukan dari Sulsel, tetapi kebanyakan dari daerah Jawa. Sementara itu, dari beberapa wilayah di Sulsel ternyata memiliki bahan baku yang melimpah.
“Permintaan pasar media tanam ini sangat banyak, ibu-ibu sangat membutuhkan dalam aktivitas berkebun. Sementara produk yang dihasilkan ternyata banyak yang datang dari luar Sulawesi terutama dari Jawa. Nah, setelah kita survei, secara bahan baku kita di Sulsel ini ada dan melimpah, justru. Setiap kabupaten, seperti Pinrang, Jeneponto dan Bulukumba ternyata ada,” ungkap lulusan sarjana pertanian ini.
Asri Azis sebagai Pengelola A2Tani mengatakan bahwa limbah sabut kelapa menjadi pilihan tepat karena bahan bakunya sangat mudah diperoleh. Di sepanjang pantai daerah Pinrang, Polman, sebutnya, terdapat banyak sekali sabut kelapa yang hanya terbuang percuma.
“Secara, kita juga memanfaatkan limbah sabut kelapa yang justru memang banyak terbuang percuma. Daripada hanya dibakar saja kan? Itu sepanjang garis pantai, Pinrang, Polman, Majene itu banyak sekali kelapa. Itu yang kita lihat potensinya, sumber daya juga ada, dan alhamdulillah jalan sampai sekarang,” kata Asri.
Saat ini, lanjut dia, pihaknya memilih Pinrang sebagai tempat produksi mengingat sumber daya manusia yang turut mensupport dan siap bekerja. Ibu-ibu di sekitar lokasi produksi pun dilibatkan.
“Secara SDM di Pinrang siap, sehingga kita memilih memproduksi di Pinrang. Tenaga kerjanya melibatkan ibu-ibu daerah sekitar pabrik. Di situ kita produksi harian. Kita siapkan bahan bakunya, ibu-ibu yang buat dan produknya kita beli. Untuk karyawan sudah ada 8 orang bulanan, sementara ibu rumah tangga ada 20-an orang,” terang Asri.
Perihal pemasarannya, ujar Asri, itu menyebar di hampir seluruh wilayah Sulawesi selatan. Market utamanya ada di Makassar, dari sini lalu menyebar dan disuplai ke beberapa tokoh pertanian besar di Makassar.
Tiap pekannya, ujar Asri, pihaknya telah mensuplai dengan volume mencapai 5 ton. Pada saat lagi tren-trennya, omzetnya pun tembus Rp15-20 Juta dalam sepekan. Dari volume dan omzet yang dihasilkan itu, lanjut dia, lebih dari cukup, karena A2Tani mampu memutus rantai yang selama ini dari Jawa.
Dia dan tim juga mendorong penjualan offline dan online. Ada medsos yang mencakup instagram, facebook, di e-commerce pun ada seperti tokopedia dan lainnya.
Berita selengkapnya silahkan klik link atau tautan berikut ini,
🔗 https://mediatani.co/dengan-limbah-kelapa-petani-milenial-sulsel-peroleh-omzet-rp-20-juta-hingga-buka-lapangan-pekerjaan