Damai dalam Keberagaman di Dukuh Purbo Jolotigo
Citizen News

Talun - Damai dalam keberagaman itulah yang tercermin dari salah satu dukuh yang ada di Desa Jolotigo. Ya, Desa Jolotigo merupakan Desa yang terletak di kecamatan Talun Kabupaten Pekalongan, dimana didalamnya terdiri dari 10 dukuh yang satu diantaranya adalah Dukuh Purbo
Dukuh Purbo merupakan salah satu Dukuh yang terkenal karena kerukunan antar umat beragamanya. Dukuh ini sering diperbincangkan kerena memiliki toleransi antar umat beragama yang kuat serta memiliki banyak cerita tentang persaudaraan dan kehidupan antara umat muslim dan kristiani yang hidup saling berdampingan.
Secara geografis Dukuh Purbo merupakan wilayah pegunungan yang letaknya jauh dari pusat kota, tempatnya yang berada di dataran tinggi membuat daerah ini menjadi salah satu wilayah penghasil teh dan menjadi sumber penghasilan bagi masyarakatnya baik kebun teh yang dimili oleh warga maupun yang dikelola oleh PTP Nusantara. Selain mejadi pemetik teh, masyarakat dukuh purbo juga memiliki beragam mata pencaharian, seperti petani, peternak, buruh, dan banyak juga yang merantau keluar kota.
Berdasarkan penuturan salah satu tokoh setempat yakni mbah Surdi, menjelaskan bahwa penamaan Dukuh Purbo berasal dari seorang tokoh bernama Purbo yang berasal dari Cirebon.
"Kalau dilihat dari sejarah awal mula kenapa kog Dukuh ini dinamakan Purbo, karena memang dulu disini ada salah satu tokoh yang berasal dari Cirebon bernama Purbo, dimana ia adalah tokoh yang pertama kali membuka Dukuh ini. Makamnya juga masih da", jelasnya.
Rukun Sampai Mati
Rukun sampai mati mungkin itulah kata-kata yang pas untuk kembali menggambarkan kerukunan warga Dukuh Purbo. Di pemakaman warga Dukuh Purbo tak ada pemisahan makam baik antara warga Muslim maupun Kristiani. Selain itu di Dukuh ini juga terdapat satu sekolah yaitu SD Kristen Purbo. Selain SD Kristen disini tidak ada lembaga pendidikan lain dan kebanyakan orang tua menyekolahkan anaknya di SD Kristen tersebut.
Mendengar namanya mungkin terfikir kalau siswanya hanya dihuni oleh yang beragama kristen saja. Namun ternyata tidak demikan, faktanya tidak hanya umat krsitiani saja akan tetapi umat muslimpun mereka terima untuk belajar dan menempuh pendidikan tanpa mempengaruhi kepercayaanya masing-masing.
Tradisi Hari Raya
Hari raya sejatinya menjadi hari bagi siapa saja yang merayakannya. Tradisi yang sudah sangat melekat disini, ketika perayaan hari raya baik umat Kristiani maupun umat Muslim warga berbondong-bondong untuk saling bersilaturahmi dengan datang ke rumah masing-masing warga tanpa memandang latarbelakang Agama.
Sekretaris Gereja Kristen Jawa Purbo Hartanto menjelaskan bahwa warga dukuh Purbo semuanya adalah saudara tanpa ada pembeda.
"kita itu sebenarnya satu saudara, kalau dari dahulu itu bisa dikatekan satu nenek satu kakek saling menghormati anatara satu dengan yang lain. ketika warga muslim membangun masjid kami juga ikut membantu begitupun sebaliknya warga Muslim juga ikut membantu ketika kami membangun Gereja. tak hanya sampai disini. Ketika ada kerja bakti kami juga selalu bersama-sama", ucapnya
Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat yakni Bukhori juga menyebut hal yang sama. Menurutnya Toleransi antar umat beragama warga Dukuh Purbo sudah terjadi sejak dulu.
"Kita ya Alhamdulillah selalu rukun menjaga hubungan baik antar sesama warga, kalau kita warga Muslim ada acara ya kita undang warga Kristiani tanpa kita beda-bedakan. Begitupula sebaliknya, mau kerja bakti, buat rumah atau aktivitas kegotongroyongan lainnya", Imbuhnya.
Dukuh Purbo merupakan salah satu Dukuh yang terkenal karena kerukunan antar umat beragamanya. Dukuh ini sering diperbincangkan kerena memiliki toleransi antar umat beragama yang kuat serta memiliki banyak cerita tentang persaudaraan dan kehidupan antara umat muslim dan kristiani yang hidup saling berdampingan.
Secara geografis Dukuh Purbo merupakan wilayah pegunungan yang letaknya jauh dari pusat kota, tempatnya yang berada di dataran tinggi membuat daerah ini menjadi salah satu wilayah penghasil teh dan menjadi sumber penghasilan bagi masyarakatnya baik kebun teh yang dimili oleh warga maupun yang dikelola oleh PTP Nusantara. Selain mejadi pemetik teh, masyarakat dukuh purbo juga memiliki beragam mata pencaharian, seperti petani, peternak, buruh, dan banyak juga yang merantau keluar kota.
Berdasarkan penuturan salah satu tokoh setempat yakni mbah Surdi, menjelaskan bahwa penamaan Dukuh Purbo berasal dari seorang tokoh bernama Purbo yang berasal dari Cirebon.
"Kalau dilihat dari sejarah awal mula kenapa kog Dukuh ini dinamakan Purbo, karena memang dulu disini ada salah satu tokoh yang berasal dari Cirebon bernama Purbo, dimana ia adalah tokoh yang pertama kali membuka Dukuh ini. Makamnya juga masih da", jelasnya.
Rukun Sampai Mati
Rukun sampai mati mungkin itulah kata-kata yang pas untuk kembali menggambarkan kerukunan warga Dukuh Purbo. Di pemakaman warga Dukuh Purbo tak ada pemisahan makam baik antara warga Muslim maupun Kristiani. Selain itu di Dukuh ini juga terdapat satu sekolah yaitu SD Kristen Purbo. Selain SD Kristen disini tidak ada lembaga pendidikan lain dan kebanyakan orang tua menyekolahkan anaknya di SD Kristen tersebut.
Mendengar namanya mungkin terfikir kalau siswanya hanya dihuni oleh yang beragama kristen saja. Namun ternyata tidak demikan, faktanya tidak hanya umat krsitiani saja akan tetapi umat muslimpun mereka terima untuk belajar dan menempuh pendidikan tanpa mempengaruhi kepercayaanya masing-masing.
Tradisi Hari Raya
Hari raya sejatinya menjadi hari bagi siapa saja yang merayakannya. Tradisi yang sudah sangat melekat disini, ketika perayaan hari raya baik umat Kristiani maupun umat Muslim warga berbondong-bondong untuk saling bersilaturahmi dengan datang ke rumah masing-masing warga tanpa memandang latarbelakang Agama.
Sekretaris Gereja Kristen Jawa Purbo Hartanto menjelaskan bahwa warga dukuh Purbo semuanya adalah saudara tanpa ada pembeda.
"kita itu sebenarnya satu saudara, kalau dari dahulu itu bisa dikatekan satu nenek satu kakek saling menghormati anatara satu dengan yang lain. ketika warga muslim membangun masjid kami juga ikut membantu begitupun sebaliknya warga Muslim juga ikut membantu ketika kami membangun Gereja. tak hanya sampai disini. Ketika ada kerja bakti kami juga selalu bersama-sama", ucapnya
Sementara itu, salah satu tokoh masyarakat yakni Bukhori juga menyebut hal yang sama. Menurutnya Toleransi antar umat beragama warga Dukuh Purbo sudah terjadi sejak dulu.
"Kita ya Alhamdulillah selalu rukun menjaga hubungan baik antar sesama warga, kalau kita warga Muslim ada acara ya kita undang warga Kristiani tanpa kita beda-bedakan. Begitupula sebaliknya, mau kerja bakti, buat rumah atau aktivitas kegotongroyongan lainnya", Imbuhnya.