Covid-19 KLU: Merindukan Jabat Tangan
Citizen News

Social Distancing dan Physical Distancing adalah sebuah istilah baru himbauan yang menjadi tren dunia saat ini, betapa Corona begitu menjadi pusat perhatian, dan untuk memutus perkembangbiakannya harus mengorbankan segala bentuk kebiasaan sosial dan kultur kita di masyarakat. Rumah-rumah peribadatan ditutup, sehingga tidak diperbolehkan melakukan kegiatan ibadah secara bersama-sama. Menjaga jarak itu harus, namun menjaga dan mendekatkan hati kita pada Tuhan dan sesama juga sebuah kewajiban, pernyataan ini sy kutif dari seorang kakak dan sahabat bagi saya.
Hari-hari kita lalui bersama secara normal, bertegur sapa, bersilarurahmi dari satu rumah ke rumah lain, bahkan melepas kerinduan saling berjabat tangan dan berpelukan sebagai pertanda kerinduan dan kebahagiaan. Kini semua hanya menjadi impian, hanya menjadi kenangan, ketika anak-anak kita pergi dan pulang mengaji, pergi dan pulang skolah harus kita batasi adab mreka untuk menghindari berjabat tangan. Sungguh sangat ironi peradaban yang kita hadapi saat ini. Virus corona telah mampu meluluhlantakkan segenap sendi-sendi sosial. Begitu mengerikan dan menakutkan wabah yang bernama corona ini. Bagaimana Jakarta sebagai ibukota negara dengan segala cara dan upaya tak mampu menghentikan laju kemacetan kendaraan, tak mampu menghentikan keramaian-keramaian yang berego. Hanya corona yang dengan sifat menakutkannya telah mampu memberhentikan kemacetan kota Jakarta. Makkah sebagai pusat keagamaan dunia bagi orang muslim, yang setiap hari tak pernah sepi dari umrah juga tak mampu mempertahankan peradaban itu disebabkan corona ini. Sungguh sangat luar biasa, dunia menjadi berbalik 180 derajat atas KehendakNya atas nama corona.
Kini kita hanya bisa berharap dan berdoa agar wabah ini cepat berlalu, aktifitas-aktifitas setiap hari dapat dijalankan sebagaimana biasanya, para pengojek, pedagang, guru dan murid dapat beraktifitas normal seperti harapan bersama. Hanya dengan mengikuti himbauan pemerintah kita utk tidak keluar rumah, berkumpul dan beracara secara masal, melakukan kebiasaan bersih mencuci tangan dan menggunakan penutup hidung dan mulut. Ini adalah ikhtiar untuk dapat memutus mata rantai covid-19 ini.
Tak banyak yang bisa di lakukan dalam kondisi pandemi ini, berkumpul untuk ibadah bersama di masjid, wihara, pura dan gereja adalah sebuah kerinduan kita bersama. Bertegur sapa mengeratkan kekerabatan dan saling berjabat tangan juga sebuah cinta dan kerinduan kita. Bersabarlah walau tangan ini tak mampu menyembunyikan hasratnya untuk menyapa saudara, kerabat dan handaitaulan untuk sekedar menggenggamkan jari jemari untuk bersalaman dengan rasa cinta.
Doa kita adalah ikhtiar meminta kepada pemilik makhluk agar mensegerakan wabah ini berlalu, mengikuti himbauan pemerintah kita adalah wujud kecintaan kepada keluarga, kerabat agar mampu memutus mata rantai pandemi corona ini. Semoga Bulan Ramadhan nanti kita menjalankan dalam kebahagiaan yang tidak di hantui ketakutan dan kepanikan oleh wabah ini.
#LawanCorona
#IgauSangAmaq
Hari-hari kita lalui bersama secara normal, bertegur sapa, bersilarurahmi dari satu rumah ke rumah lain, bahkan melepas kerinduan saling berjabat tangan dan berpelukan sebagai pertanda kerinduan dan kebahagiaan. Kini semua hanya menjadi impian, hanya menjadi kenangan, ketika anak-anak kita pergi dan pulang mengaji, pergi dan pulang skolah harus kita batasi adab mreka untuk menghindari berjabat tangan. Sungguh sangat ironi peradaban yang kita hadapi saat ini. Virus corona telah mampu meluluhlantakkan segenap sendi-sendi sosial. Begitu mengerikan dan menakutkan wabah yang bernama corona ini. Bagaimana Jakarta sebagai ibukota negara dengan segala cara dan upaya tak mampu menghentikan laju kemacetan kendaraan, tak mampu menghentikan keramaian-keramaian yang berego. Hanya corona yang dengan sifat menakutkannya telah mampu memberhentikan kemacetan kota Jakarta. Makkah sebagai pusat keagamaan dunia bagi orang muslim, yang setiap hari tak pernah sepi dari umrah juga tak mampu mempertahankan peradaban itu disebabkan corona ini. Sungguh sangat luar biasa, dunia menjadi berbalik 180 derajat atas KehendakNya atas nama corona.
Kini kita hanya bisa berharap dan berdoa agar wabah ini cepat berlalu, aktifitas-aktifitas setiap hari dapat dijalankan sebagaimana biasanya, para pengojek, pedagang, guru dan murid dapat beraktifitas normal seperti harapan bersama. Hanya dengan mengikuti himbauan pemerintah kita utk tidak keluar rumah, berkumpul dan beracara secara masal, melakukan kebiasaan bersih mencuci tangan dan menggunakan penutup hidung dan mulut. Ini adalah ikhtiar untuk dapat memutus mata rantai covid-19 ini.
Tak banyak yang bisa di lakukan dalam kondisi pandemi ini, berkumpul untuk ibadah bersama di masjid, wihara, pura dan gereja adalah sebuah kerinduan kita bersama. Bertegur sapa mengeratkan kekerabatan dan saling berjabat tangan juga sebuah cinta dan kerinduan kita. Bersabarlah walau tangan ini tak mampu menyembunyikan hasratnya untuk menyapa saudara, kerabat dan handaitaulan untuk sekedar menggenggamkan jari jemari untuk bersalaman dengan rasa cinta.
Doa kita adalah ikhtiar meminta kepada pemilik makhluk agar mensegerakan wabah ini berlalu, mengikuti himbauan pemerintah kita adalah wujud kecintaan kepada keluarga, kerabat agar mampu memutus mata rantai pandemi corona ini. Semoga Bulan Ramadhan nanti kita menjalankan dalam kebahagiaan yang tidak di hantui ketakutan dan kepanikan oleh wabah ini.
#LawanCorona
#IgauSangAmaq