Covid-19 KLU: Imun dan Iman di Ramadhan Corona
Berita Warga

Corona adalah virus atau wabah yang saat ini menjadi pandemi di seluruh dunia. Bermula gejala dan penyebaran dari Wuhan di negara China, virus ini kemudian menyebar ke seluruh negara di dunia, bahkan negara super power seperti Amerika Serikat pun terpapar oleh wabah ini, juga negara-negara seperti Italia dan Spanyol yang berpredikat negara tingkat kesehatan terbaik dunia tak bisa menghindar dari corona virus ini. Dampaknya seluruh dunia ketakutan dan panik, semua kemudian menyarankan dan menghimbau untuk melakukan social dan physical distancing yang diikuti aturan untuk melakukan karantina wilayah dan lockdown. Di Indonesia kebijakan itu dikenal dengan istilah PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), seluruh transportasi baik darat dan udara di non aktifkan, pasar dan tempat-tempat keramaian di hentikan berkegiatan sementara waktu dengan tujuan memutus mata rantai penyebaran corona atau Covid-19 ini.
Kebijakan PSBB ini berdampak besar terhadap seluruh kehidupan masyarakat, baik secara ekonomi, pendidikan dan sosial. Para pekerja konvensional banyak di rumahkan yang diakibatkan tidak adanya pemasukan perusahaan, pasar-pasar ditutup, bahkan tempat-tempat ibadah di himbau untuk tidak dilakukan kegiatan yang notabene menurut kebijakan itu mengumpulkan banyak orang. Inilah ironisnya kondisi saat corona ini. Bila kita menelisik lebih jauh, bahwa seharusnya dengan ujian ini harus lebih mendekatkan diri kepada Allah sang Pencipta, melakukan kegiatan-kegiatan religi dimana saja, terutama di tempat ibadah seperti masjid, musholla dan surau-surau. Namun dengan alasan menghindari terjadi kerumunan, menghindari kontak langsung maka tempat ibadah mampu ditenggelamkan kegiatan yang brtujuan beribadah kepada Allah Swt. Apalagi puasa Ramadhan tahun ini adalah ibadah wajib yang dilaksanakan setahun sekali, kini tak lagi terasa normal. Shalat Tarawih tak di izinkan di masjid dan musholla, bahkan tadarrus Al qur"an pun di batasi jumlah yang boleh melaksanakannya. Inikah saatnya Iman kita mulai dikelupasi ?
Menjaga kesehatan itu wajib dilaksanakan, lakukan saran-saran dari pemerintah, gunakan masker dimana saja, jaga jarak bila bertemu, berjemurlah di pagi hari untuk menjaga Imun atau kekebalan tubuh kita, cuci tangan setiap selesai memegang benda apapun. Maka demi atas nama Imun dan demi atas nama sehat dengan penuh rasa panik, was-was dan ketakutan semua bergegas menjalankan himbauan itu. Mengkarantina dusun dan kampung masing-masing. Menyiapkan tempat cuci tangan di tiap jalan desa, dusun dan gang-gang. Setiap orang yang nampak asing dicurigai, dan bila ditahu berasal dari daerah terpapar corona diminta untuk kembali dan tidak melanjutkan perjalanan, suhu tubuh di cek kondisinya. Apabila panas di atas rata-rata maka di minta untuk kembali dan tdm melanjutkan prjalanan. Dan ini adalah realita yang kita hadapi saat ini, saat dimana covid-19 ini bak menjadi tamu yang sangat menakutkan dan mengancam nyawa kita semua.
Makna Ramadhan telah terkikis, bulan yang penuh berkah dan ampunan ini seyogyanya dilaksanakan dengan penuh khidmat, aman dan nyaman, jauh dari perasaan-perasaan curiga, suudzon dan skeptis. Harusnya bulan ini kita tegar, yakin, perkuat silaturrahmi, jadikan sebagai bulan berbagi kepada sesama hilangkan hasat dan dengki, curiga berlebihan. Namun yang terjadi niat baik untuk membagi makanan dan sedekah di terima dengan penuh rasa was-was dan kecurigaan serta ketakutan, sedekah orang lain kini tak lagi bermakna karena prasangka jangan-jangan ada virus corona. Iman kita harus berperang di bulan Ramadhan nan mubarrok ini. Imunitas telah menutup celah-celah keimanan kita untuk menuju kelahiran yang suci di akhir Ramadhan nanti.
Sampai kapan keadaan akan terus seperti ini, apakah sampai berjatuhan nyawa-nyawa manusia yang lain diakibatkan ketakutan dan was-was yang berlebihan terhadap wabah ini ? Lalu penyakit yang lain apakah tidak membahayakan penularannya ?
Bagaimana penyakit kusta dulunya di anggap sebagai penyakit yang amat menular dan dianggap sebagai penyakit kutukan, TBC menjadi penyakit yang mematikan penularannya, kini kalah berbahayanya dengan Covid-19. Sampai kapan Iman ini akan terperangkap dalam kebijakan Imun ?
Wallahua"lam Bissawab
#IgauSangAmaq
Kebijakan PSBB ini berdampak besar terhadap seluruh kehidupan masyarakat, baik secara ekonomi, pendidikan dan sosial. Para pekerja konvensional banyak di rumahkan yang diakibatkan tidak adanya pemasukan perusahaan, pasar-pasar ditutup, bahkan tempat-tempat ibadah di himbau untuk tidak dilakukan kegiatan yang notabene menurut kebijakan itu mengumpulkan banyak orang. Inilah ironisnya kondisi saat corona ini. Bila kita menelisik lebih jauh, bahwa seharusnya dengan ujian ini harus lebih mendekatkan diri kepada Allah sang Pencipta, melakukan kegiatan-kegiatan religi dimana saja, terutama di tempat ibadah seperti masjid, musholla dan surau-surau. Namun dengan alasan menghindari terjadi kerumunan, menghindari kontak langsung maka tempat ibadah mampu ditenggelamkan kegiatan yang brtujuan beribadah kepada Allah Swt. Apalagi puasa Ramadhan tahun ini adalah ibadah wajib yang dilaksanakan setahun sekali, kini tak lagi terasa normal. Shalat Tarawih tak di izinkan di masjid dan musholla, bahkan tadarrus Al qur"an pun di batasi jumlah yang boleh melaksanakannya. Inikah saatnya Iman kita mulai dikelupasi ?
Menjaga kesehatan itu wajib dilaksanakan, lakukan saran-saran dari pemerintah, gunakan masker dimana saja, jaga jarak bila bertemu, berjemurlah di pagi hari untuk menjaga Imun atau kekebalan tubuh kita, cuci tangan setiap selesai memegang benda apapun. Maka demi atas nama Imun dan demi atas nama sehat dengan penuh rasa panik, was-was dan ketakutan semua bergegas menjalankan himbauan itu. Mengkarantina dusun dan kampung masing-masing. Menyiapkan tempat cuci tangan di tiap jalan desa, dusun dan gang-gang. Setiap orang yang nampak asing dicurigai, dan bila ditahu berasal dari daerah terpapar corona diminta untuk kembali dan tidak melanjutkan perjalanan, suhu tubuh di cek kondisinya. Apabila panas di atas rata-rata maka di minta untuk kembali dan tdm melanjutkan prjalanan. Dan ini adalah realita yang kita hadapi saat ini, saat dimana covid-19 ini bak menjadi tamu yang sangat menakutkan dan mengancam nyawa kita semua.
Makna Ramadhan telah terkikis, bulan yang penuh berkah dan ampunan ini seyogyanya dilaksanakan dengan penuh khidmat, aman dan nyaman, jauh dari perasaan-perasaan curiga, suudzon dan skeptis. Harusnya bulan ini kita tegar, yakin, perkuat silaturrahmi, jadikan sebagai bulan berbagi kepada sesama hilangkan hasat dan dengki, curiga berlebihan. Namun yang terjadi niat baik untuk membagi makanan dan sedekah di terima dengan penuh rasa was-was dan kecurigaan serta ketakutan, sedekah orang lain kini tak lagi bermakna karena prasangka jangan-jangan ada virus corona. Iman kita harus berperang di bulan Ramadhan nan mubarrok ini. Imunitas telah menutup celah-celah keimanan kita untuk menuju kelahiran yang suci di akhir Ramadhan nanti.
Sampai kapan keadaan akan terus seperti ini, apakah sampai berjatuhan nyawa-nyawa manusia yang lain diakibatkan ketakutan dan was-was yang berlebihan terhadap wabah ini ? Lalu penyakit yang lain apakah tidak membahayakan penularannya ?
Bagaimana penyakit kusta dulunya di anggap sebagai penyakit yang amat menular dan dianggap sebagai penyakit kutukan, TBC menjadi penyakit yang mematikan penularannya, kini kalah berbahayanya dengan Covid-19. Sampai kapan Iman ini akan terperangkap dalam kebijakan Imun ?
Wallahua"lam Bissawab
#IgauSangAmaq