Budaya Nusantara: Saluang, Alat Musik Sumatra Barat
Berita Warga
Hal yang utama dalam memainkan saluang ini adalah cara meniup dan menarik nafas secara bersamaan, sehingga peniup saluang dapat memainkan alat musik itu dari awal sampai akhir lagu tanpa putus (circular breathing). Teknik yang dinamakan manyisiah angok ini dapat dikuasai dengan latihan yang berkesinambungan.
Permainan musik ini dapat dinikmati pada acara perkawinan, batagak rumah (Mendirikan Rumah), batagak pangulu, dan lain-lain. Apabila ingin menikmati permainan saluang ini, hendaknya datang ke acara tersebut setelah salat Isya dan baru akan berakhir menjelang subuh.
Dendangan para dara-dara cantik Minang bisa menjadi daya tarik tersendiri selain kelihaian para pemainnya. Dendangan saluang sendiri berisikan pesan, sindiran, dan juga kritikan halus.Dendangan tersebut dapat mengembalikan ingatan si pendengar terhadap kampung halaman ataupun terhadap kehidupan yang sudah, sedang, dan akan dijalani.
Selain keunikan-keunikan yang terdapat pada kesenian dan alat musik ini, ada satu hal yang tak kalah uniknya, yaitu gaya memainkan saluang ternyata berbeda-beda. Setiap daerah di Minangkabau memiliki cara tersendiri dalam hal meniup saluang. Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan sendiri cara meniup saluang. Hal inilah yang menyebabkan keragaman gaya meniup dan memainkan saluang. Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah adalah nama daerah sekaligus nama gaya dalam meniup saluang.
Gaya Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu. Ratok Solok dari daerah Solok menjadi gaya yang paling sedih di telinga. Ada pun judul-judul lagu saluang yang banyak dikenal di masyarakat Minangkabau, antara lain: Padang Magek, Ratok Koto Tuo, Ratok Solok, Muaro Labuah, Lubuak Sao, Ambun Pagi dan lain-lain.
Seperti yang telah disebutkan bahwa alat musik ini tergolong alat musik seruling. Namun berbeda dengan jenis alat musik seruling lainnya, saluang ‘lebih rumit’ pembuatannya.
Sumber: Kulturnesian.id
http://tiktok.com/@kulturnesia
youtube.com/channel/UC6BkFBzztckZfABrFQ3c9eg
Permainan musik ini dapat dinikmati pada acara perkawinan, batagak rumah (Mendirikan Rumah), batagak pangulu, dan lain-lain. Apabila ingin menikmati permainan saluang ini, hendaknya datang ke acara tersebut setelah salat Isya dan baru akan berakhir menjelang subuh.
Dendangan para dara-dara cantik Minang bisa menjadi daya tarik tersendiri selain kelihaian para pemainnya. Dendangan saluang sendiri berisikan pesan, sindiran, dan juga kritikan halus.Dendangan tersebut dapat mengembalikan ingatan si pendengar terhadap kampung halaman ataupun terhadap kehidupan yang sudah, sedang, dan akan dijalani.
Selain keunikan-keunikan yang terdapat pada kesenian dan alat musik ini, ada satu hal yang tak kalah uniknya, yaitu gaya memainkan saluang ternyata berbeda-beda. Setiap daerah di Minangkabau memiliki cara tersendiri dalam hal meniup saluang. Tiap nagari di Minangkabau mengembangkan sendiri cara meniup saluang. Hal inilah yang menyebabkan keragaman gaya meniup dan memainkan saluang. Singgalang, Pariaman, Solok Salayo, Koto Tuo, Suayan dan Pauah adalah nama daerah sekaligus nama gaya dalam meniup saluang.
Gaya Singgalang dianggap cukup sulit dimainkan oleh pemula, dan biasanya nada Singgalang ini dimainkan pada awal lagu. Ratok Solok dari daerah Solok menjadi gaya yang paling sedih di telinga. Ada pun judul-judul lagu saluang yang banyak dikenal di masyarakat Minangkabau, antara lain: Padang Magek, Ratok Koto Tuo, Ratok Solok, Muaro Labuah, Lubuak Sao, Ambun Pagi dan lain-lain.
Seperti yang telah disebutkan bahwa alat musik ini tergolong alat musik seruling. Namun berbeda dengan jenis alat musik seruling lainnya, saluang ‘lebih rumit’ pembuatannya.
Sumber: Kulturnesian.id
http://tiktok.com/@kulturnesia
youtube.com/channel/UC6BkFBzztckZfABrFQ3c9eg