Budaya Nusantara: Ampo, Makanan Unik dari Jawa Timur
Berita Warga
Salah satu makanan unik di Jawa Timur berasal dari Kabupaten Tuban. Namanya Ampo, camilan tradisional yang bahan baku utamanya adalah tanah liat. Tanah yang digunakan untuk membuat Ampo juga bukan sembarang tanah, melainkan harus tanah yang teksturnya lembut dan bebas dari pasir, kerikil, maupun batu.
Selain di Tuban, Jawa Timur, Ampo juga dikenal di daerah Jawa Tengah dan Cirebon, Jawa Barat. Perbedaan Ampo Tuban dengan Ampo Cirebon terletak pada bentuknya. Di Tuban, Ampo memiliki bentuk berupa gulungan panjang dan ramping. Sementara di Cirebon bentuk gulungannya cenderung lebih pendek dan ukurannya lebih besar.
kebiasaan memakan Ampo bermula dari masyarakat Trowulan, Kabupaten Tuban. Ampo menjadi menu alternatif yang dipilih menghadapi masa-masa sulit pendudukan Belanda di kawasan Tuban.
Sebelum kedatangan Belanda, Tuban merupakan kota pelabuhan yang kaya raya. Kawasan ini menjadi jalur perdagangan penting yang disinggahi saudagar dari berbagai penjuru dunia sampai kemudian masa penjajahan tiba. Pemberlakukan sistem tanam paksa menyebabkan masyarakat Tuban jatuh dalam ceruk kemiskinan, kesulitan pangan, dan dilanda bencana kelaparan.
Ampo yang terbuat dari tanah liat bersih memiliki efek membuat kondisi perut menjadi nyaman. Selain itu, tanah liat yang steril juga membantu melindungi tubuh manusia dari serangan virus dan bakteri.
Tanah liat bisa mengikat hal yang berbahaya seperti mikroba, patogen, dan virus. Mengonsumsi camilan tradisional Ampo bisa menjadi tameng untuk melindungi usus manusia dari serangan virus dan bakteri.
Masalahnya, tidak bisa dipastikan tanah yang digunakan untuk membuat Ampo benar-benar steril atau tidak. Nahas apabila tanah yang digunakan sebagai bahan baku Ampo ternyata terkontaminasi kotoran hewan atau manusia. Kemungkinan ada telur parasit seperti cacing gelang yang hidup di dalamnya. Tanah yang terkontaminasi kotoran juga rentan menimbulkan tetanus.
Ampo yang pertama kali ditemukan tidak dimasak terlebih dahulu. Ampo awalnya dibuat dari endapan lumpur dari air di tepi sungai Bengawan Solo. Endapan lumpur itu adalah tanah aluvial yang berbahan lempung. Endapan lumpur halus itu ditunggu hingga mengering untuk kemudian dikonsumsi.
Sumber: Kulturnesian.id
http://tiktok.com/@kulturnesia
youtube.com/channel/UC6BkFBzztckZfABrFQ3c9eg
Selain di Tuban, Jawa Timur, Ampo juga dikenal di daerah Jawa Tengah dan Cirebon, Jawa Barat. Perbedaan Ampo Tuban dengan Ampo Cirebon terletak pada bentuknya. Di Tuban, Ampo memiliki bentuk berupa gulungan panjang dan ramping. Sementara di Cirebon bentuk gulungannya cenderung lebih pendek dan ukurannya lebih besar.
kebiasaan memakan Ampo bermula dari masyarakat Trowulan, Kabupaten Tuban. Ampo menjadi menu alternatif yang dipilih menghadapi masa-masa sulit pendudukan Belanda di kawasan Tuban.
Sebelum kedatangan Belanda, Tuban merupakan kota pelabuhan yang kaya raya. Kawasan ini menjadi jalur perdagangan penting yang disinggahi saudagar dari berbagai penjuru dunia sampai kemudian masa penjajahan tiba. Pemberlakukan sistem tanam paksa menyebabkan masyarakat Tuban jatuh dalam ceruk kemiskinan, kesulitan pangan, dan dilanda bencana kelaparan.
Ampo yang terbuat dari tanah liat bersih memiliki efek membuat kondisi perut menjadi nyaman. Selain itu, tanah liat yang steril juga membantu melindungi tubuh manusia dari serangan virus dan bakteri.
Tanah liat bisa mengikat hal yang berbahaya seperti mikroba, patogen, dan virus. Mengonsumsi camilan tradisional Ampo bisa menjadi tameng untuk melindungi usus manusia dari serangan virus dan bakteri.
Masalahnya, tidak bisa dipastikan tanah yang digunakan untuk membuat Ampo benar-benar steril atau tidak. Nahas apabila tanah yang digunakan sebagai bahan baku Ampo ternyata terkontaminasi kotoran hewan atau manusia. Kemungkinan ada telur parasit seperti cacing gelang yang hidup di dalamnya. Tanah yang terkontaminasi kotoran juga rentan menimbulkan tetanus.
Ampo yang pertama kali ditemukan tidak dimasak terlebih dahulu. Ampo awalnya dibuat dari endapan lumpur dari air di tepi sungai Bengawan Solo. Endapan lumpur itu adalah tanah aluvial yang berbahan lempung. Endapan lumpur halus itu ditunggu hingga mengering untuk kemudian dikonsumsi.
Sumber: Kulturnesian.id
http://tiktok.com/@kulturnesia
youtube.com/channel/UC6BkFBzztckZfABrFQ3c9eg