Berpadu Melawan Sinusitis
Berita Warga

𝐁𝐞𝐫𝐩𝐚𝐝𝐮 𝐌𝐞𝐥𝐚𝐰𝐚𝐧 𝐒𝐢𝐧𝐮𝐬𝐢𝐭𝐢𝐬
Sugianto merasa sakit di dahi sejak remaja saat masih menetap di Kotamadya Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. “Saya gampang terserang flu saat pagi dan malam karena udara dingin. Saat flu itulah saya kerap merasakan sakit di dahi,” kata Sugianto. Semula ia tak pernah menggubris keluhan itu karena menganggap rasa ngilu di dahi saat flu hal yang wajar.
Oleh karena itu ia tak pernah memeriksakan diri ke dokter. Namun, derita itu semakin menyiksa saat Sugianto menetap di Malang, Jawa Timur. Udara di sana juga dingin seperti di Salatiga. Dampaknya pria 31 tahun itu makin sering terserang flu. “Semakin sering flu, makin sering pula sakit di dahi terasa,” kata Sugianto.
𝐊𝐚𝐦𝐛𝐮𝐡
Pada 2005 Sugianto hijrah ke Jakarta. Ia menduga hawa panas ibukota tak akan membuat flu gampang menyerang. Sejak menetap di Jakarta, flu memang tak lagi menyerang, sehingga ia pun terbebas dari rasa sakit di dahi. “Saya pikir saya sudah sembuh,” ujarnya. Dugaan Sugianto ternyata meleset. Pada 2010, ia kembali terserang flu dan rasa sakit kembali menyerang.
Bila sedang kambuh ia sampai bersujud untuk menahan rasa sakit. Kondisi itulah yang mendorong Sugianto memeriksakan diri ke dokter spesialis THT di Jakarta Pusat karena khawatir berdampak buruk. Dokter spesialis itu mendiagnosis Sugianto menderita sinusitis yaitu radang di rongga tulang tengkorak di sekitar hidung. Peradangan itu menyebabkan sel-sel selaput lendir melebar dan menghambat sekresi sehingga lendir dan kotoran terkumpul di sinus.
Lendir dan kotoran yang terjebak itu menjadi sarang yang nyaman bagi bakteri. Yildirim dan rekan dari Cumhuriyet University di Turki menyebutkan lebih dari 50% kasus sinusitis penyebabnya adalah bakteri Staphylococcus sp. Jenis bakteri penyebab infeksi lain adalah bakteri dari famili Enterobacteriaceae dan Pseudomonas aeruginosa. Infeksi berkepanjangan dapat menyebabkan abses sebtum alias nanah.
Menurut dokter dan juga herbalis di Tangerang Selatan, Provinsi Banten, dr Prapti Utami, udara dingin atau perubahan suhu yang mencolok sejatinya bukan pemicu utama sinusitis. “Udara dingin akan menjadi pemicu utama bila pasien menderita alergi,” ujar dokter alumnus Universitas Diponegoro itu. Namun, bukan berarti orang yang tidak memiliki alergi aman dari risiko sinusitis. Udara dingin dapat menyebabkan sinusitis bila daya tahan tubuh pasien anjlok.
Dokter spesialis telinga hidung tenggorok di RS Persahabatan Jakarta Timur, dr Dody Widodo SpTHT, menuturkan penderita alergi seperti Sugianto lebih mudah terserang sinusitis karena selaput lendirnya tipis. Bila mengirup alergen – penyebab alergi – lebih mudah terjadi pembengkakan sinus.
𝐇𝐞𝐫𝐛𝐚𝐥
Dokter memberikan terapi pengasapan dan pemanasan pada saluran napas untuk mengencerkan lendir. Ia juga memberikan obat berupa tablet dan kapsul yang mesti Sugianto konsumsi 3 kali sehari masing-masing 3 buah. Terapi itu membuat Sugianto terasa nyaman. Namun, rasa nyaman itu hanya bertahan 3 jam. Setelah itu rasa nyeri di dahi hadir kembali. Rasa nyeri semakin sering terasa karena Sugianto kerap berada di ruang berpendingin.
Jalan kesembuhan terbuka saat Sugianto bertemu rekannya, suami dr Prapti Utami. Ia menyarankan pria asal Salatiga itu untuk berkonsultasi dengan istrinya yang membuka klinik Evergreen. Prapti mendiagnosis sinusitis Sugianto kronis sehingga mesti segera menjalani pengobatan agar tidak berefek buruk pada saluran napas dan otak.
Untuk mengatasinya, Prapti meresepkan ekstrak 3 jenis herbal: daun sendok, rimpang kunyit putih, dan daun sambiloto, dalam bentuk kapsul. Prapti menuturkan pasien sinusitis dapat pula merasakan khasiat ketiga herbal itu dengan mengonsumsi air rebusan. Dosisnya 20 g daun sendok, 20 g rimpang kunyit putih, dan 10 g daun sambiloto. Rebus ketiga bahan itu dalam 5 gelas air hingga tersisa tiga gelas. Kemudian minum air rebusan pada pagi dan sore hari.
Selengkapnya
https://trubus-online.co.id/berpadu-melawan-sinusitis
Sugianto merasa sakit di dahi sejak remaja saat masih menetap di Kotamadya Salatiga, Provinsi Jawa Tengah. “Saya gampang terserang flu saat pagi dan malam karena udara dingin. Saat flu itulah saya kerap merasakan sakit di dahi,” kata Sugianto. Semula ia tak pernah menggubris keluhan itu karena menganggap rasa ngilu di dahi saat flu hal yang wajar.
Oleh karena itu ia tak pernah memeriksakan diri ke dokter. Namun, derita itu semakin menyiksa saat Sugianto menetap di Malang, Jawa Timur. Udara di sana juga dingin seperti di Salatiga. Dampaknya pria 31 tahun itu makin sering terserang flu. “Semakin sering flu, makin sering pula sakit di dahi terasa,” kata Sugianto.
𝐊𝐚𝐦𝐛𝐮𝐡
Pada 2005 Sugianto hijrah ke Jakarta. Ia menduga hawa panas ibukota tak akan membuat flu gampang menyerang. Sejak menetap di Jakarta, flu memang tak lagi menyerang, sehingga ia pun terbebas dari rasa sakit di dahi. “Saya pikir saya sudah sembuh,” ujarnya. Dugaan Sugianto ternyata meleset. Pada 2010, ia kembali terserang flu dan rasa sakit kembali menyerang.
Bila sedang kambuh ia sampai bersujud untuk menahan rasa sakit. Kondisi itulah yang mendorong Sugianto memeriksakan diri ke dokter spesialis THT di Jakarta Pusat karena khawatir berdampak buruk. Dokter spesialis itu mendiagnosis Sugianto menderita sinusitis yaitu radang di rongga tulang tengkorak di sekitar hidung. Peradangan itu menyebabkan sel-sel selaput lendir melebar dan menghambat sekresi sehingga lendir dan kotoran terkumpul di sinus.
Lendir dan kotoran yang terjebak itu menjadi sarang yang nyaman bagi bakteri. Yildirim dan rekan dari Cumhuriyet University di Turki menyebutkan lebih dari 50% kasus sinusitis penyebabnya adalah bakteri Staphylococcus sp. Jenis bakteri penyebab infeksi lain adalah bakteri dari famili Enterobacteriaceae dan Pseudomonas aeruginosa. Infeksi berkepanjangan dapat menyebabkan abses sebtum alias nanah.
Menurut dokter dan juga herbalis di Tangerang Selatan, Provinsi Banten, dr Prapti Utami, udara dingin atau perubahan suhu yang mencolok sejatinya bukan pemicu utama sinusitis. “Udara dingin akan menjadi pemicu utama bila pasien menderita alergi,” ujar dokter alumnus Universitas Diponegoro itu. Namun, bukan berarti orang yang tidak memiliki alergi aman dari risiko sinusitis. Udara dingin dapat menyebabkan sinusitis bila daya tahan tubuh pasien anjlok.
Dokter spesialis telinga hidung tenggorok di RS Persahabatan Jakarta Timur, dr Dody Widodo SpTHT, menuturkan penderita alergi seperti Sugianto lebih mudah terserang sinusitis karena selaput lendirnya tipis. Bila mengirup alergen – penyebab alergi – lebih mudah terjadi pembengkakan sinus.
𝐇𝐞𝐫𝐛𝐚𝐥
Dokter memberikan terapi pengasapan dan pemanasan pada saluran napas untuk mengencerkan lendir. Ia juga memberikan obat berupa tablet dan kapsul yang mesti Sugianto konsumsi 3 kali sehari masing-masing 3 buah. Terapi itu membuat Sugianto terasa nyaman. Namun, rasa nyaman itu hanya bertahan 3 jam. Setelah itu rasa nyeri di dahi hadir kembali. Rasa nyeri semakin sering terasa karena Sugianto kerap berada di ruang berpendingin.
Jalan kesembuhan terbuka saat Sugianto bertemu rekannya, suami dr Prapti Utami. Ia menyarankan pria asal Salatiga itu untuk berkonsultasi dengan istrinya yang membuka klinik Evergreen. Prapti mendiagnosis sinusitis Sugianto kronis sehingga mesti segera menjalani pengobatan agar tidak berefek buruk pada saluran napas dan otak.
Untuk mengatasinya, Prapti meresepkan ekstrak 3 jenis herbal: daun sendok, rimpang kunyit putih, dan daun sambiloto, dalam bentuk kapsul. Prapti menuturkan pasien sinusitis dapat pula merasakan khasiat ketiga herbal itu dengan mengonsumsi air rebusan. Dosisnya 20 g daun sendok, 20 g rimpang kunyit putih, dan 10 g daun sambiloto. Rebus ketiga bahan itu dalam 5 gelas air hingga tersisa tiga gelas. Kemudian minum air rebusan pada pagi dan sore hari.
Selengkapnya
https://trubus-online.co.id/berpadu-melawan-sinusitis