Bagaimana Idul Adha Menjawab Pemenuhan Gizi untuk Stunting dan Peningkatan Layanan KIBBL
Community Discussion 
Idul Adha adalah hari raya kurban. Tiap muslim yang mampu, disunahkan (muakkad: diutamakan) menyembelih hewan untuk dikurbankan. Dua pertiga daging hewan kurban diperuntukkan bagi fakir miskin.
Saat ini kita bisa melihat upaya gotong royong dalam mewujudkan hewan kurban dengan cara patungan.
Di sejumlah pengurus masjid hal ini sudah dilakukan dan telah disiapkan jauh hari.
Terobosan tersebut merupakan inovasi dalam menggalang kebersamaan menjalankan ibadah kurban jadi lebih terjangkau.
Berkurban merupakan salah satu ibadah ritual dalam ajaran Islam yang mengandung fungsi kemanusiaan guna membantu kaum duafa bebas dari lingkar kemiskinan.
Secara tradisi, pembagian daging kurban diserahkan secara langsung berupa irisan daging sesuai takaran.
Distribusinya dilakukan secara kultural, jika kita melihat praktiknya, biasanya pihak yang berkurban telah memiliki daftar nama yang akan mendapatkan daging yang akan menjangkau warga di lingkungan sekitar.
Ada juga distribusi berupa sasaran penerima ke panti asuhan yang biasanya dikelola oleh perusahaan.
Abdul Munir Mulkan, Guru Besar Emeritus Universitas Muhammadiyah Surakarta, dalam artikelnya di Media Indonesia (Rabu, 6/7) bertajuk Daging Kurban dan Zakat Fitrah untuk Mengatasi Kemiskinan dan Stunting menawarkan alternatif pengelolaan kurban non tunai.
"...Daging dan beras yang diterima tunai tersebut hanya bisa dikonsumsi atau diuangkan untuk berbagai kebutuhan hari itu. Besok hari, daging dan beras itu sudah berubah jadi tinja. Akibatnya, hilanglah fungsi produktifnya..," tulis Mulkan.
Ia menawarkan proses kurban dan zakat fitrah dikelola non tunai (bukan berupa daging dan beras) melainkan nilai yang dikeluarkan dari kurban dan zakat fitrah itu dikelola oleh perbankan berbasis jemaah.
"Pembagian daging hewan kurban dan fitrah secara nontunai ditempuh melalui mekanisme perbankan bekerja sama dengan pengusaha restoran, perhotelan, pedagang daging dan beras. Daging kurban dan beras fitrah hak fakir miskin dibeli pengusaha restoran, perhotelan, pedagang kambing dan beras. Serah terima daging kurban dan beras hak fakir miskin tersebut dilakukan oleh tiga pihak, yaitu panitia penyembelihan hewan kurban dan fitrah, wakil fakir miskin penerima hak daging kurban dan fitrah, pengusaha perhotelan, restoran, serta pedagang beras dan kambing," masih tulis Mulkan.
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) terdiri dari 13 Kecamatan dengan 65 Desa dan 38 Kelurahan.
Saat ini tengah bergulat menurunkan angka stunting. Bupati Pangkep, Muhammad Yusran Lalogau telah mencanangkan kalau kabupaten yang dipimpinnya ini harus zero stunting. Intervensi program telah dilakukan dengan menggalang multi pihak, salah satunya dengan Kelompok Kerja Collaborative Governance (KKKG) di mana di dalamnya OMS ambil bagian dalam percepatan pencegahan dan penurunan stunting dan peningkatan layanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (KIBBL).
Mari buat skema dengan pengelolaan kurban non tunai. Anggaplah tiap desa dan kelurahan memiliki urun daya kurban sebanyak 1o ekor kambing dan seekornya senilai 2 juta.
10 ekor dikalikan 2 juta akan mendapat nilai total 20 juta. Jadi, tiap desa dan kelurahan memiliki pengelolaan kurban 20 juta tiap tahun.
Metode pengelolaan dapat diserahkan dalam kelompok kerja yang ditunjuk oleh pemerintah desa/kelurahan jika sistem skema perbankan belum siap sebagaimana diusulkan Abdul Munir Mulkan.
Namun, intinya, kurban non tunai itu peruntukannya untuk intervensi pencegahan dan penurunan stunting dan juga peningkayan layanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (KIBBL).
*
Selengkapnya simak artikel Abdul Munir Mulkan di sini: https://mediaindonesia.com/opini/504516/daging-kurban-dan-zakat-fitrah-untuk-mengatasi-kemiskinan-dan-stunting
Saat ini kita bisa melihat upaya gotong royong dalam mewujudkan hewan kurban dengan cara patungan.
Di sejumlah pengurus masjid hal ini sudah dilakukan dan telah disiapkan jauh hari.
Terobosan tersebut merupakan inovasi dalam menggalang kebersamaan menjalankan ibadah kurban jadi lebih terjangkau.
Berkurban merupakan salah satu ibadah ritual dalam ajaran Islam yang mengandung fungsi kemanusiaan guna membantu kaum duafa bebas dari lingkar kemiskinan.
Secara tradisi, pembagian daging kurban diserahkan secara langsung berupa irisan daging sesuai takaran.
Distribusinya dilakukan secara kultural, jika kita melihat praktiknya, biasanya pihak yang berkurban telah memiliki daftar nama yang akan mendapatkan daging yang akan menjangkau warga di lingkungan sekitar.
Ada juga distribusi berupa sasaran penerima ke panti asuhan yang biasanya dikelola oleh perusahaan.
Abdul Munir Mulkan, Guru Besar Emeritus Universitas Muhammadiyah Surakarta, dalam artikelnya di Media Indonesia (Rabu, 6/7) bertajuk Daging Kurban dan Zakat Fitrah untuk Mengatasi Kemiskinan dan Stunting menawarkan alternatif pengelolaan kurban non tunai.
"...Daging dan beras yang diterima tunai tersebut hanya bisa dikonsumsi atau diuangkan untuk berbagai kebutuhan hari itu. Besok hari, daging dan beras itu sudah berubah jadi tinja. Akibatnya, hilanglah fungsi produktifnya..," tulis Mulkan.
Ia menawarkan proses kurban dan zakat fitrah dikelola non tunai (bukan berupa daging dan beras) melainkan nilai yang dikeluarkan dari kurban dan zakat fitrah itu dikelola oleh perbankan berbasis jemaah.
"Pembagian daging hewan kurban dan fitrah secara nontunai ditempuh melalui mekanisme perbankan bekerja sama dengan pengusaha restoran, perhotelan, pedagang daging dan beras. Daging kurban dan beras fitrah hak fakir miskin dibeli pengusaha restoran, perhotelan, pedagang kambing dan beras. Serah terima daging kurban dan beras hak fakir miskin tersebut dilakukan oleh tiga pihak, yaitu panitia penyembelihan hewan kurban dan fitrah, wakil fakir miskin penerima hak daging kurban dan fitrah, pengusaha perhotelan, restoran, serta pedagang beras dan kambing," masih tulis Mulkan.
Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep) terdiri dari 13 Kecamatan dengan 65 Desa dan 38 Kelurahan.
Saat ini tengah bergulat menurunkan angka stunting. Bupati Pangkep, Muhammad Yusran Lalogau telah mencanangkan kalau kabupaten yang dipimpinnya ini harus zero stunting. Intervensi program telah dilakukan dengan menggalang multi pihak, salah satunya dengan Kelompok Kerja Collaborative Governance (KKKG) di mana di dalamnya OMS ambil bagian dalam percepatan pencegahan dan penurunan stunting dan peningkatan layanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (KIBBL).
Mari buat skema dengan pengelolaan kurban non tunai. Anggaplah tiap desa dan kelurahan memiliki urun daya kurban sebanyak 1o ekor kambing dan seekornya senilai 2 juta.
10 ekor dikalikan 2 juta akan mendapat nilai total 20 juta. Jadi, tiap desa dan kelurahan memiliki pengelolaan kurban 20 juta tiap tahun.
Metode pengelolaan dapat diserahkan dalam kelompok kerja yang ditunjuk oleh pemerintah desa/kelurahan jika sistem skema perbankan belum siap sebagaimana diusulkan Abdul Munir Mulkan.
Namun, intinya, kurban non tunai itu peruntukannya untuk intervensi pencegahan dan penurunan stunting dan juga peningkayan layanan Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir (KIBBL).
*
Selengkapnya simak artikel Abdul Munir Mulkan di sini: https://mediaindonesia.com/opini/504516/daging-kurban-dan-zakat-fitrah-untuk-mengatasi-kemiskinan-dan-stunting
