Andreas Soebardjo Melukis Sejarah Lempongsari Berbuah Penghargaan MURI
Berita Warga

Pelukis kawakan Andrean Soebardjo dari sanggar seni lukis Blontang kembali mendapat penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI). Penghargaan MURI ini diberikan kepada Andreas Soebardjo di Balai Warga Lempungari, Gajahmungkur, Semarang, Kamis (8/12/2022).
Pendiri Sanggar Blontang ini mendapat ganjaran penghargaan lantaran Andreas membuat 40 lukisan yang mengisahkan sejarah terbentuknya kampung Lempongsari pada tahun 1810 hingga terkini tahun 2022.
Penghargaan itu diberikan, lantaran Andreas membuatan 40 lukisan yang mengisahkan terbentuknya desa atau kampung Lempong Sari Semarang, dari tahun 1810 sampai tahun 2022. Karya Soebardjo ini dipamerkan di Balai Warga Kelurahan Lempongsari dari 3 – 8 Desember 2022 lalu.
Aneka objek tentang Lempongsari dillukis Soebardjo menggunakan cat minyak dan cat air ini dengan media kanvas, bekas spanduk dan sarung. Menurut Soebardjo dirinya tertarik mengkanvaskan kampong Lempongsari karena salah satu kampong tua di Semarang dan lingkungannya tertata asri. “Ini juga merupakan pewarisan pengetahuan kepada generasi muda tentang kampong halaman yang selama ini ditinggalinya,” ujar Soebardjo yang mendirikan Sanggar Blontang sejak tahun 1978.
Memang tujuannya menggelar pameran ini Soebardjo ingin mengajak masyarakat untuk peduli dan memelihara lingkungan sekitar. “Kalau kita abai dengan pemeliharaan lingkungan, alam akan rusak dan mengakibatkan antara lain; banjir dan longsor,” ujar Soebardjo.
Pensiunan ASN pengairan yang hobi melukis ini sudah 22 kali berpameran tunggal dan juga pameran bersama, tak hanya di dalam negeri tetapi hingga mancanegara.
Soebardjo menerima sertifikan penghargaab MURi keempat kalinya. Andreas Soebardjo.sebelumnya pada tahun 1995 Andreas memperoleh ganjaran penghargaan MURI untuk kreativitasnya membuat artu lebaran terbesar. Kemudian pada tahun 2005, kembali Andreas mendapat sertifikat MURI untuk prestasinya membuat lukisan terbesar dengan tema Tuhan Yesus memberi makan 5.000 orang. Pada tahun berikutnya 2006, Andreas kembali mendapat sertifikat MURI berkat lukisan alam gaibnya. Kemudian terkini, pada 8 Desember 2022 ini, Andreas kembali mengantungi penghargaan MURi karena berhasil membuat 40 keping lukisan yang mengisahkan sejarah kampong Lempongsari. “Ini merupakan penghargaan rekor MURI yang keempat yang saya terima. Dan ini merupakan pameran lukisan tentang sejarah kampong yang kedua yang saya buat. Yang pertama dulu saya juga melukis tentang kampong Gunung Pati,” ujar Soebardjo.
Dipaparkannya, lebih lanjut, untuk melukis sejarah kampong Lempongsari Soebardjo menuturkan banyak membaca literature dan riset. Selain melukis aalam dan lingkungan Lempongsari, Soebardjo juga melukis tokoh Lempongsari yang berhasil jadi Wali Kota Semarang. Setidaknya, ada 8 keping lukisan yang menggambarkan Hendrar Prihadi dengan berbagai kiprahnya.
Pendiri Sanggar Blontang ini mendapat ganjaran penghargaan lantaran Andreas membuat 40 lukisan yang mengisahkan sejarah terbentuknya kampung Lempongsari pada tahun 1810 hingga terkini tahun 2022.
Penghargaan itu diberikan, lantaran Andreas membuatan 40 lukisan yang mengisahkan terbentuknya desa atau kampung Lempong Sari Semarang, dari tahun 1810 sampai tahun 2022. Karya Soebardjo ini dipamerkan di Balai Warga Kelurahan Lempongsari dari 3 – 8 Desember 2022 lalu.
Aneka objek tentang Lempongsari dillukis Soebardjo menggunakan cat minyak dan cat air ini dengan media kanvas, bekas spanduk dan sarung. Menurut Soebardjo dirinya tertarik mengkanvaskan kampong Lempongsari karena salah satu kampong tua di Semarang dan lingkungannya tertata asri. “Ini juga merupakan pewarisan pengetahuan kepada generasi muda tentang kampong halaman yang selama ini ditinggalinya,” ujar Soebardjo yang mendirikan Sanggar Blontang sejak tahun 1978.
Memang tujuannya menggelar pameran ini Soebardjo ingin mengajak masyarakat untuk peduli dan memelihara lingkungan sekitar. “Kalau kita abai dengan pemeliharaan lingkungan, alam akan rusak dan mengakibatkan antara lain; banjir dan longsor,” ujar Soebardjo.
Pensiunan ASN pengairan yang hobi melukis ini sudah 22 kali berpameran tunggal dan juga pameran bersama, tak hanya di dalam negeri tetapi hingga mancanegara.
Soebardjo menerima sertifikan penghargaab MURi keempat kalinya. Andreas Soebardjo.sebelumnya pada tahun 1995 Andreas memperoleh ganjaran penghargaan MURI untuk kreativitasnya membuat artu lebaran terbesar. Kemudian pada tahun 2005, kembali Andreas mendapat sertifikat MURI untuk prestasinya membuat lukisan terbesar dengan tema Tuhan Yesus memberi makan 5.000 orang. Pada tahun berikutnya 2006, Andreas kembali mendapat sertifikat MURI berkat lukisan alam gaibnya. Kemudian terkini, pada 8 Desember 2022 ini, Andreas kembali mengantungi penghargaan MURi karena berhasil membuat 40 keping lukisan yang mengisahkan sejarah kampong Lempongsari. “Ini merupakan penghargaan rekor MURI yang keempat yang saya terima. Dan ini merupakan pameran lukisan tentang sejarah kampong yang kedua yang saya buat. Yang pertama dulu saya juga melukis tentang kampong Gunung Pati,” ujar Soebardjo.
Dipaparkannya, lebih lanjut, untuk melukis sejarah kampong Lempongsari Soebardjo menuturkan banyak membaca literature dan riset. Selain melukis aalam dan lingkungan Lempongsari, Soebardjo juga melukis tokoh Lempongsari yang berhasil jadi Wali Kota Semarang. Setidaknya, ada 8 keping lukisan yang menggambarkan Hendrar Prihadi dengan berbagai kiprahnya.