Alumni GLI 2 Kalbar Serukan Strategi Perawatan Air Sungai Kapuas
Berita Warga

Krisis air bersih ditengah potensi air melimpah. Sejatinya air telah tersedia namun pengelolaan juga perlu diperjelas sehingga mampu mencukupi kebutuhan rakyat seperti di Kota Pontianak yang memiliki potensi air yakni sungai Kapuas. Sungai Kapuas menjadi sungai terpanjang di Indonesia namun kondisi air tersebut tidak layak untuk dikonsumsi bahkan untuk digunakan mandi cuci kaktus.
Alumni Green Leadership Indonesia Batch 2 asal Kalimantan Barat Fathul Bari, M.Pd menegaskan tiga hal penting yang terdiri dari tiga langkah. "Dalam rangka menjaga kondisi kualitas air sungai Kapuas perlu dilakukan secara berjangka. Jagka pendek, menengah dan jangka panjang. Hal ini agar terarah dengan tujuan pembangunan berkelanjutan" Tegas Bari
Hal tersebut disampaikan dalam acara Pelatihan Menulis Cerita WASH dan WRM bersama Media dan Komunitas yang digelar oleh USAID di Hotel Orchardz Gajah Mada Pontianak. "Jangka pendek dapat dilakukan dengan mensosialisasikan pemanfaatan alat filterisasi air dengan bahan alami serta manfaat pohon bambu terhadap air sungai, karena dengan bambu dapat air juga dapat oksigen. Langkah jangka menengah yang bisa dilakukan adalah pengadaan alat penjernih air alami di setiap desa serta diperkuat melalui peraturan baik Perda maupun Peraturan Walikota. Jangka panjangnya yakni bagaimana bambu dapat bermanfaat sehingga meningkatkan perekonomian masyarakat maka warga akan senang menanam bambu di bantaran sungai Kapuas" kata bari
Lanjut Bari menegaskan "Hal lain yang perlu diperhatikan untuk pengelolaan sungai Kapuas adalah limbah lumpur yang dihasilkan dari pengelolaan air di PDAM perlu dilakukan penelitian lebih lanjut karena sebelumnya menggunakan bahan kimia dan dibuang langsung ke sungai. Pungkas Bari
Dunia diprediksi akan mengalami perang sumberdaya air di tahun 2050. Oleh karena itu diperlukan upaya massif dalam rangka menjaga keberadaan sumberdaya air. Karena berdasarkan Undang Undang Pasal 33 ayat 3 mengatakan bahwa "bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
#TetanggaPanutan #SPM #airsanitasi #JagaSumberAir
Alumni Green Leadership Indonesia Batch 2 asal Kalimantan Barat Fathul Bari, M.Pd menegaskan tiga hal penting yang terdiri dari tiga langkah. "Dalam rangka menjaga kondisi kualitas air sungai Kapuas perlu dilakukan secara berjangka. Jagka pendek, menengah dan jangka panjang. Hal ini agar terarah dengan tujuan pembangunan berkelanjutan" Tegas Bari
Hal tersebut disampaikan dalam acara Pelatihan Menulis Cerita WASH dan WRM bersama Media dan Komunitas yang digelar oleh USAID di Hotel Orchardz Gajah Mada Pontianak. "Jangka pendek dapat dilakukan dengan mensosialisasikan pemanfaatan alat filterisasi air dengan bahan alami serta manfaat pohon bambu terhadap air sungai, karena dengan bambu dapat air juga dapat oksigen. Langkah jangka menengah yang bisa dilakukan adalah pengadaan alat penjernih air alami di setiap desa serta diperkuat melalui peraturan baik Perda maupun Peraturan Walikota. Jangka panjangnya yakni bagaimana bambu dapat bermanfaat sehingga meningkatkan perekonomian masyarakat maka warga akan senang menanam bambu di bantaran sungai Kapuas" kata bari
Lanjut Bari menegaskan "Hal lain yang perlu diperhatikan untuk pengelolaan sungai Kapuas adalah limbah lumpur yang dihasilkan dari pengelolaan air di PDAM perlu dilakukan penelitian lebih lanjut karena sebelumnya menggunakan bahan kimia dan dibuang langsung ke sungai. Pungkas Bari
Dunia diprediksi akan mengalami perang sumberdaya air di tahun 2050. Oleh karena itu diperlukan upaya massif dalam rangka menjaga keberadaan sumberdaya air. Karena berdasarkan Undang Undang Pasal 33 ayat 3 mengatakan bahwa "bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat”.
#TetanggaPanutan #SPM #airsanitasi #JagaSumberAir