Ada Apa dengan Wanita Jawa???
Berita Warga

Pada tahun 2003 saya mendapat kesempatan mengikuti Diklat Guru di Bandung selama tiga bulan. Selama tiga bulan ini saya bergaul dengan guru-guru dari berbagai daerah yang mewakili sekolah masing-masing.
Yang menarik dari setiap kita berbicara tentang kriteria pasangan beberapa guru dari berbagai daerah itu berseloroh “kalau mau cari pacar carilah orang Sunda, kalau mau cari isteri carilah orang Jawa”.Saat itu saya masih bujang, yang belum tahu tentang karakter wanita dan wanita ideal itu yang bagaimana.
Saya jadi penasaran apa istimewanya wanita Jawa itu kok jadi idaman pria-pria baik di Indonesia. Lalu saya coba cari tahu tentang Filosofi wanita Jawa.
Istilah wanita itu sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti wani ditata (berani ditata). Pengertian ini telah mencirikan adanya tuntutan kepasifan pada perempuan Jawa.
Dalam perkawinan, istilah kanca wingking, yakni bahwa perempuan adalah teman di dapur akan mewarnai kehidupan perkawinan pasutri Jawa. Konsep swarga nunut, neraka katut (ke surga ikut, ke neraka pun turut) juga menggambarkan posisi perempuan Jawa yang lemah sebagai seorang istri.
Selain itu adanya konsep istri sebagai sigaraning nyawa, bukan sekedar konco wingking juga memberikan gambaran posisi yang sejajar dan lebih egaliter terhadap perempuan Jawa. Istilah konco wingking pun tidak selalu lebih rendah, tergantung bagaimana perempuan Jawa memaknainya.
Saat ini memang telah terjadi pergeseran kedudukan dan relasi gender masyarakat Jawa. Menurutnya, modernisasi, emansipasi perempuan, dan masuknya pengaruh budaya Barat, telah menggeser pola relasi gender mengarah kepada persamaan derajat dan kedudukan.
Ada empat term di Jawa yang digunakan untuk menyebut perempuan, yaitu : (1) Wadon, artinya kawula atau abdi,. (2)Wanita, artinya Wani ditata yang artinya berani (mau) diatur dan yang kedua, Wani nata yang artinya berani mengatur. (3) Estri, dari bahasa Kawi berarti panjurung (pendorong). (4)Putri, artinya perempuan dituntut untuk merealisasikan tiga kewajiban tiga kewajiban perempuan (tri perkawis). Baik kedudukannya sebagai wadon, wanita, maupun estri.
Dalam kehidupan perempuan Jawa sering kita dengar istilah masak, macak, manak yang artinya pandai memasak, pandai berdandan atau bersolek, dan bisa memberi keturunan,… hehehehe,… sepertinya gak jauh jauh dari sumur, dapur, dan kasur,… masa iya sih sedangkal itu.
Menurut Ronggowarsito sedikitnya ada 3 watak perempuan yang jadi pertimbangan laki laki ketika akan memilih, yaitu :(1.) Watak Wedi, menyerah, pasrah, jangan suka mencela, membantah atau menolak pembicaraan.Lakukan perintah laki-laki dengan sepenuh hati.(2). Watak Gemi, tidak boros akan nafkah yang diberikan.Banyak sedikit harus diterima dengan syukur. Menyimpan rahasia suami, tidak banyak berbicara yang tidak bermanfaat. Lebih lengkap lagi ada sebuah ungkapan, gemi nastiti ngati-ati. Kurang lebih artinya sama dengan penjelasan gemi diatas. Siapa laki-laki yang tidak mau mempunyai pasangan yang gemi?
(3). Watak Gemati, penuh kasih.
Menjaga apa yang disenangi suami lengkap dengan alat-alat kesenangannya seperti menyediakan makanan, minuman, serta segala tindakan. Mungkin karena hal ini, banyak perempuan jawa relatif bisa memasak. Betul semua bisa beli,tetapi hasil masakan sendiri adalah sebuah bentuk kasih sayang seorang perempuan di rumah untuk suami (keluarga).
Tiga sifat di atas ‘tidak hanya’ cocok diterapkan pada wanita Jawa. Namun semua laki laki dari suku manapun akan menyenangi wanita dengan karakter tersebut. Karena sekarang yang dilihat bukan asal suku nya, tetapi karakternya. Dan tidak semua perempuan Jawa punya karakter tersebut. Pada perempuan ada 3 watak wanita jawa yaitu : (1).tangguh, pekerja keras dan pantang menyerah. (2). hemat dan mau hidup susah (3)penurut, setia, lembut
Ternyata mitos ini yang membuat wanita Jawa banyak diidamkan oleh para lelaki. Tapi mitos ini jadi motivasi dan inspirasi bagi para wanita untuk mempunyai karakter-karakter seperti yang digambarkan di atas.
Yang menarik dari setiap kita berbicara tentang kriteria pasangan beberapa guru dari berbagai daerah itu berseloroh “kalau mau cari pacar carilah orang Sunda, kalau mau cari isteri carilah orang Jawa”.Saat itu saya masih bujang, yang belum tahu tentang karakter wanita dan wanita ideal itu yang bagaimana.
Saya jadi penasaran apa istimewanya wanita Jawa itu kok jadi idaman pria-pria baik di Indonesia. Lalu saya coba cari tahu tentang Filosofi wanita Jawa.
Istilah wanita itu sendiri berasal dari bahasa Jawa yang berarti wani ditata (berani ditata). Pengertian ini telah mencirikan adanya tuntutan kepasifan pada perempuan Jawa.
Dalam perkawinan, istilah kanca wingking, yakni bahwa perempuan adalah teman di dapur akan mewarnai kehidupan perkawinan pasutri Jawa. Konsep swarga nunut, neraka katut (ke surga ikut, ke neraka pun turut) juga menggambarkan posisi perempuan Jawa yang lemah sebagai seorang istri.
Selain itu adanya konsep istri sebagai sigaraning nyawa, bukan sekedar konco wingking juga memberikan gambaran posisi yang sejajar dan lebih egaliter terhadap perempuan Jawa. Istilah konco wingking pun tidak selalu lebih rendah, tergantung bagaimana perempuan Jawa memaknainya.
Saat ini memang telah terjadi pergeseran kedudukan dan relasi gender masyarakat Jawa. Menurutnya, modernisasi, emansipasi perempuan, dan masuknya pengaruh budaya Barat, telah menggeser pola relasi gender mengarah kepada persamaan derajat dan kedudukan.
Ada empat term di Jawa yang digunakan untuk menyebut perempuan, yaitu : (1) Wadon, artinya kawula atau abdi,. (2)Wanita, artinya Wani ditata yang artinya berani (mau) diatur dan yang kedua, Wani nata yang artinya berani mengatur. (3) Estri, dari bahasa Kawi berarti panjurung (pendorong). (4)Putri, artinya perempuan dituntut untuk merealisasikan tiga kewajiban tiga kewajiban perempuan (tri perkawis). Baik kedudukannya sebagai wadon, wanita, maupun estri.
Dalam kehidupan perempuan Jawa sering kita dengar istilah masak, macak, manak yang artinya pandai memasak, pandai berdandan atau bersolek, dan bisa memberi keturunan,… hehehehe,… sepertinya gak jauh jauh dari sumur, dapur, dan kasur,… masa iya sih sedangkal itu.
Menurut Ronggowarsito sedikitnya ada 3 watak perempuan yang jadi pertimbangan laki laki ketika akan memilih, yaitu :(1.) Watak Wedi, menyerah, pasrah, jangan suka mencela, membantah atau menolak pembicaraan.Lakukan perintah laki-laki dengan sepenuh hati.(2). Watak Gemi, tidak boros akan nafkah yang diberikan.Banyak sedikit harus diterima dengan syukur. Menyimpan rahasia suami, tidak banyak berbicara yang tidak bermanfaat. Lebih lengkap lagi ada sebuah ungkapan, gemi nastiti ngati-ati. Kurang lebih artinya sama dengan penjelasan gemi diatas. Siapa laki-laki yang tidak mau mempunyai pasangan yang gemi?
(3). Watak Gemati, penuh kasih.
Menjaga apa yang disenangi suami lengkap dengan alat-alat kesenangannya seperti menyediakan makanan, minuman, serta segala tindakan. Mungkin karena hal ini, banyak perempuan jawa relatif bisa memasak. Betul semua bisa beli,tetapi hasil masakan sendiri adalah sebuah bentuk kasih sayang seorang perempuan di rumah untuk suami (keluarga).
Tiga sifat di atas ‘tidak hanya’ cocok diterapkan pada wanita Jawa. Namun semua laki laki dari suku manapun akan menyenangi wanita dengan karakter tersebut. Karena sekarang yang dilihat bukan asal suku nya, tetapi karakternya. Dan tidak semua perempuan Jawa punya karakter tersebut. Pada perempuan ada 3 watak wanita jawa yaitu : (1).tangguh, pekerja keras dan pantang menyerah. (2). hemat dan mau hidup susah (3)penurut, setia, lembut
Ternyata mitos ini yang membuat wanita Jawa banyak diidamkan oleh para lelaki. Tapi mitos ini jadi motivasi dan inspirasi bagi para wanita untuk mempunyai karakter-karakter seperti yang digambarkan di atas.