260 Siswa Katolik Gunungkidul Ikuti Kegiatan Tumbuhkan Toleransi Beragama
Berita Warga 
Dalam rangka mewujudnyatakan moderasi beragama dan menumbuhkan toleransi antarumat beragama, Pengurus KKG Pendidikan Agama Katolik Kabupaten Gunungkidul mengadakan Bina Siswa Katolik tingkat SD dengan tema "Membangun Toleransi Beragama". Kegiatan yang diikuti 260 siswa-siswi agama Katolik SD kelas 1-6 se-Kabupaten Gunungkidul ini diadakan di Vihara Jhinadharma Sradha, Siraman, Kab. Gunungkidul, Kamis (25/05/2023). Pemukulan gong oleh Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Gunungkidul Drs. H. Sa’ban Nuroni, M.A. menandai dibukanya kegiatan ini.
Dalam sambutannya ia menyampaikan bahwa perbedaan itu merupakan kehendak Tuhan dan kita ada karena perbedaan. “Dengan perbedaan kita bisa belajar saling menghargai dan menghormati,” tandasnya.
Sa’ban juga mengapresiasi kegiatan ini. “Ini merupakan kali pertama kegiatan yang bermuatan moderasi beragama dilaksanakan di lingkungan Kemenag Gunungkidul khususnya bagi siswa-siswi,” lanjutnya.
Tak lupa ia juga menyampaikan empat pilar bangsa dan negara Indonesia meliputi Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945.
Bhante Badra Palo selaku Kepala Vihara Jhina Dharma Sradha, Siraman, Gunungkidul menyambut hangat dan menyapa para peserta. Ia menyampaikan bahwa perbedaan itu ibarat berbagai macam bunga yang berada di dalam vas.
“Meskipun ada berbagai macam jenis bunga, namun ia tetap mampu menjadi bunga itu sendiri tanpa harus menjadi bunga yang lain,” tandasnya. Artinya meskipun dalam kebersamaan perbedaan tidak akan mengubah iman.
Pada kesempatan ini peserta diajak mengenal ajaran agama Buddha dan juga berdinamika bersama pemuda-pemudi agama Buddha.
Menutup kegiatan ini, Pembimas Katolik Kristoforus Sinselius, S.S. berharap peserta dapat menceritakan pengalaman hari ini kepada teman-teman yang lain bahwa anak-anak Katolik itu berani keluar dari komunitasnya.
“Siswa Katolik itu orang yang luwes, terbuka, mau bekerjasama dan mudah bergaul dengan siapa saja tanpa membedakan keyakinan,” ungkap Kristo.
Sumber: Kemenag DIY
Dalam sambutannya ia menyampaikan bahwa perbedaan itu merupakan kehendak Tuhan dan kita ada karena perbedaan. “Dengan perbedaan kita bisa belajar saling menghargai dan menghormati,” tandasnya.
Sa’ban juga mengapresiasi kegiatan ini. “Ini merupakan kali pertama kegiatan yang bermuatan moderasi beragama dilaksanakan di lingkungan Kemenag Gunungkidul khususnya bagi siswa-siswi,” lanjutnya.
Tak lupa ia juga menyampaikan empat pilar bangsa dan negara Indonesia meliputi Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 1945.
Bhante Badra Palo selaku Kepala Vihara Jhina Dharma Sradha, Siraman, Gunungkidul menyambut hangat dan menyapa para peserta. Ia menyampaikan bahwa perbedaan itu ibarat berbagai macam bunga yang berada di dalam vas.
“Meskipun ada berbagai macam jenis bunga, namun ia tetap mampu menjadi bunga itu sendiri tanpa harus menjadi bunga yang lain,” tandasnya. Artinya meskipun dalam kebersamaan perbedaan tidak akan mengubah iman.
Pada kesempatan ini peserta diajak mengenal ajaran agama Buddha dan juga berdinamika bersama pemuda-pemudi agama Buddha.
Menutup kegiatan ini, Pembimas Katolik Kristoforus Sinselius, S.S. berharap peserta dapat menceritakan pengalaman hari ini kepada teman-teman yang lain bahwa anak-anak Katolik itu berani keluar dari komunitasnya.
“Siswa Katolik itu orang yang luwes, terbuka, mau bekerjasama dan mudah bergaul dengan siapa saja tanpa membedakan keyakinan,” ungkap Kristo.
Sumber: Kemenag DIY
